Salah satu pergumulan gereja saat ini adalah kekurangannya tenaga pengajar di sekolah minggu. Banyak dari guru sekolah minggu yang sudah melayani sedemikian lamanya, jadi mengeluh dan frustasi.
Tidak ada yang mau memainkan musik untuk kelasnya, mendadak tidak ada yang bisa mengajar, sehingga guru yang memang sudah berdedikasi karena panggilan menjadi tenaga yang terus-terusan dipakai. Mereka sendiri jadi kehilangan waktu untuk beribadah dan waktu untuk keluarganya. Sudah banyak cara yang dilakukan untuk merekrut tenaga Guru Sekolah Minggu (GSM) yang baru, tapi tetap saja masih kurang.
Ada salah satu metode yang terkadang kita lupakan lho ternyata, yaitu ‘TIM’. John W. Wimberly menceritakan dalam bukunya Mobilizing Congregations: How Teams Can Motivate Members and Get Things Done, ia membantu GSM yang ada di Gereja Presbiterian Barat, Washington, DC dengan membentuk tim yang terdiri dari 4 GSM untuk setiap sekolah minggu.
Maksudnya tetap merekrut lebih banyak guru, dibandingkan hanya sedikit. Namun yang nantinya akan bertanggung jawab untuk satu kelas itu bukan hanya 1 atau 2 GSM, tapi 1 kelompok. Dengan membagikan tanggung jawab kedalam kelompok, kami berharap dan berdoa ada banyak orang yang “bersedia” untuk mengajar.
Komisi anak tahu kalau mereka sudah kekurangan tenaga pengajar, jadi awalnya ide ini tidak disetujui karena dalam pikiran mereka, bukankah cara seperti ini justru malah membutuhkan banyak guru? Tapi karena kebutuhan, akhirnya menyetujui untuk mencobanya.
Jadi apa sih ‘TIM GSM’ yang dimaksud oleh John W. Wimberly?
Siapa yang di sekolah minggunya sering kali mengalami kesulitan kalau ada salah satu guru yang berhalangan mengajar? Nah pada metode ini, kakak akan sangat terbantu. Karena 1 kelas yang bertanggung jawab ada 1 tim, maka apabila ada yang berhalangan mengajar, teman 1 timnya bisa menggantikannya. Dalam persiapan mengajar juga, yang mempersiapkan bahan bukan hanya yang mengajar, melainkan 1 timnya.
Kakak GSM dalam 1 tim bisa saling membagikan informasi tentang situasi kelas, terutama anak-anak yang memerlukan perlakuan khusus. Misalkan ada anak yang bernama “Jimmy”. Saat dikelas anak tersebut seringkali mengganggu temannya sehingga anak yang lain menjadi tidak konsentrasi di kelas.
Pada saat persiapan sekolah minggu, hal ini bisa dibahas dalam tim agar masing-masing anggota bisa menemukan solusi bersama dalam menangani anak tersebut. Setelah itu, setiap waktu sekolah minggu GSM secara bergilir bisa memberikan ‘perlakuan khusus’ sesuai kebutuhan anak itu sebagai bentuk kepedulian mereka.
Bentuk dan bangunlah ikatan persahabatan dalam tim GSM sebagai kesatuan hati yang kuat dan saling percaya satu dengan yang lain. Jika ada masalah di dalam dan diluar kegiatan sekolah minggu, tim bisa bersatu hati dan saling mendoakan bagaikan sahabat karib. Dengan begitu, kebersamaan tim GSM juga bisa membangun sekolah minggu yang sukses.
Baca juga:
4 HAL YANG BISA MEMBANTU KELAS SEKOLAH MINGGU MENJADI MENGASIKKAN UNTUK BELAJAR
PERAGAAN UNTUK SEKOLAH MINGGU TENTANG TUHAN YESUS YANG DATANG KE DALAM DUNIA
MENJANGKAU GENERASI MUDA TIDAK SULIT, ASAL GEREJA TIDAK MEMPERTAHANKAN 7 HAL INI (PART 2)
MENJANGKAU GENERASI MUDA TIDAK SULIT, ASAL GEREJA TIDAK MEMPERTAHANKAN 7 HAL INI (PART 1)
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK