TESTIMONY

Mon - Sep 10, 2018 / 3032 / SUPERSTORY

Tidak Lagi Membalas Kejahatan dengan Kejahatan dan Menjaga Emosi

Kalau kamu diejek apa yang akan kamu lakukan? Secara manusiawi biasanya kita akan membalas dan tersulut amarah ya. Inilah yang dialami oleh Yefta Iman Rusadi, anak berusia 10 tahun dari daerah Tulang Bawang Barat, Lampung. Yefta yang gerah karena terus menerus diejek teman-temannya akhirnya tersulut amarah.

Yefta memang terkenal aktif di sekolahnya. Sekitar akhir April 2018 kemarin, Yefta diejek oleh kedua teman sekelasnya yang bernama Eky dan Dika. Mereka berdua mengejek orang tua Yefta. Bukan hanya itu saja, Yefta juga seringkali diganggu saat menulis dan mengerjakan tugas dari guru di sekolahnya. Yefta yang gerah dengan situasi ini, lama kelamaan menjadi kesal dan tidak nyaman.

Pada suatu hari, Dika dan Eky mengajak Yefta untuk berkelahi. Karena amarah yang sudah dipendamnya begitu lama dan kekesalannya diujung tanduk, akhirnya ia tidak bisa mengendalikan diri lalu terpancing emosinya. Setelah perkelahian itu, Yefta merasa ketakutan dan tidak berani pulang ke rumah. Ia takut ayah dan ibunya memarahinya karena berkelahi. Dengan terpaksa akhirnya dia memberanikan diri untuk pulang kerumahnya.

Masuk ke bulan Mei, Yefta yang rajin ikut ke sekolah Minggu di Interational Full Gospel Fellowship GISI Lampung 2 untuk belajar firman Tuhan melalui kurikulum Superbook, hari itu belajar tentang Kisah Perumpamaan Anak yang Hilang. Lewat pelajaran ini, Yefta belajar tentang anak bungsu yang meninggalkan bapaknya, melakukan kesalahan, kemudian mengakui kesalahan yang diperbuatnya. Bapaknya tidak marah, justru mengampuninya dan menerimanya kembali.

Dari kisah ini, Yefta menyadari bahwa sebagai anak Tuhan seharusnya ia tidak mudah terpancing emosi ketika teman-temannya mengajak berkelahi. Yefta harusnya lebih menahan diri dan tetap tenang dalam menghadapi teman-teman yang sering mengejek serta mengganggunya ini. Saat itu Yefta akhirnya memberanikan diri untuk menceritakan apa yang dia alami kepada ayahnya.

Mendengar cerita Yefta, ayahnya tidak marah, justru memberikan nasehat agar Yefta tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Yefta pun meminta maaf kepada ayah dan ibunya kalau ia tidak jujur selama ini karena menyembunyikan hal buruk tersebut. Yefta berjanji untuk bisa mengendalikan diri dan hidup berdamai dengan semua orang. Dika dan Eky juga Yefta doakan agar mereka menjadi anak yang baik dan disukai oleh teman-teman yang lain. (HH/CC)

Halomoan Hutabarat

Fasilitator Superbook – Lampung
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK