SuperParents, pernahkah kita mendengar seseorang bilang, “Ah gapapa, itu cuma bohong kecil aja, kok”? Atau mungkin kita sendiri pernah mengatakan hal yang sama? Kita selalu mengajarkan anak untuk jujur, tetapi tanpa sadar, kita justru memberi contoh sebaliknya.
Misalnya, ketika ada telepon masuk dan kita menyuruh anak bilang, “Papa/ Mama gak ada,” padahal kita sedang di rumah. Atau kita bilang kalau es krim mereka sudah habis padahal kita cuma mau membatasi asupan gula mereka.
Kebohongan kecil seperti ini mungkin terlihat tidak berbahaya, tetapi sebenarnya bisa menjadi bibit yang merusak kepercayaan dalam keluarga.
Dalam 2 Raja-Raja 5, kita belajar dari kisah Gehazi, hamba Elisa, yang tergoda untuk mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Ia berbohong kepada Naaman demi mendapatkan keuntungan pribadi.
Namun, kebohongannya gak berhenti sampai di situ. Ia juga berbohong kepada Elisa ketika ditanya ke mana ia pergi. Akhirnya, ia menerima konsekuensi dari kebohongannya yaitu menderita sakit kusta seumur hidupnya.
SuperParents, satu kebohongan kecil bisa mengundang kebohongan lain hingga terbentuk seperti bola salju yang menggulung. Sampai akhirnya menjadi kebiasaan. Bayangkan jika anak kita tumbuh dalam lingkungan yang menganggap kebohongan sebagai sesuatu yang wajar.
Akankah kita percaya pada setiap kata yang mereka ucapkan? Bagaimana jika suatu hari mereka menyembunyikan sesuatu yang lebih besar karena mereka terbiasa berbohong?
BACA JUGA: Kebohongan Saat Ini, Merugikan Diri Sendiri di Kemudian Hari
Sebagai orang tua, SuperParents mungkin tidak menyadari bahwa kebohongan kecil yang kita lakukan bisa menjadi contoh buruk bagi anak-anak. Ketika kita berbohong, anak-anak belajar bahwa berbohong adalah hal yang boleh dilakukan, terutama jika tujuannya “baik”.
Kepercayaan Adalah Fondasi Hubungan: Tanpa kejujuran, kepercayaan akan sulit dibangun. Anak-anak perlu merasa bahwa mereka bisa mempercayai perkataan dan tindakan orang tua mereka.
Kebohongan Menciptakan Jarak: Setiap kebohongan, meskipun kecil, bisa menciptakan jarak antara orang tua dan anak. Anak-anak mungkin merasa bahwa mereka tidak bisa sepenuhnya mengandalkan orang tua mereka.
Kejujuran Membawa Kedamaian: Hidup dalam kebenaran membawa kedamaian dalam hati dan hubungan. Tidak ada yang perlu ditutupi atau disembunyikan.
Hari ini, mari kita introspeksi. Apakah ada kebiasaan kecil yang tanpa sadar mengajarkan anak untuk berbohong? Jika iya, mari kita ubah mulai sekarang. Ayo jadi teladan dalam kejujuran, agar anak-anak kita pun bertumbuh menjadi pribadi yang dapat dipercaya.
Doa:
“Ya Tuhan, ampuni kami jika selama ini kami sering berbohong, baik secara sengaja maupun tidak. Tolong kami untuk hidup dalam kejujuran dan menjadi teladan bagi keluarga kami. Berikan kami kekuatan untuk selalu berkata benar, meskipun itu sulit. Amin.”
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK