Bayangkan jika kita hidup bertahun-tahun dengan hati yang penuh marah, kecewa, bahkan dendam terhadap orang terdekat kita. Itulah yang pernah dialami oleh Esau. Ia begitu terluka karena dikhianati oleh adiknya sendiri, Yakub. Luka itu begitu dalam, hingga ia sempat berniat untuk membunuh Yakub, adiknya sendiri. Namun bertahun-tahun kemudian, saat akhirnya mereka bertemu kembali, yang terjadi justru sebaliknya.
Kejadian 33:4 berkata:
“Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.”
Kalimat sederhana, tapi penuh makna. Esau memeluk Yakub. Mereka menangis bersama. Tidak ada kata-kata balas dendam. Tidak ada amarah yang dilampiaskan. Yang ada hanya pelukan hangat dan air mata kelegaan. Apa yang bisa kita pelajari dari momen ini?
Pengampunan membawa pemulihan.
Esau mengajarkan kita bahwa melepaskan amarah dan memberi maaf bukan berarti kita membenarkan kesalahan orang lain. Tapi kita sedang membebaskan diri kita sendiri dari beban luka. Hati yang memaafkan adalah hati yang kuat. Dan saat kita bisa memberi maaf, damai sejahtera pun masuk ke dalam hidup kita.
Di sisi lain, Yakub juga menunjukkan hati yang tulus untuk datang kembali kepada saudaranya. Ia tidak kabur selamanya. Ia memberanikan diri untuk menghadapi masa lalu. Itu juga tidak mudah. Tapi keberaniannya untuk meminta maaf adalah langkah besar menuju pemulihan.
BACA JUGA: Tuhan Tidak Pernah Menyerah Pada Kita
Bagaimana dengan kita hari ini?
Mungkin ada kesalahan yang kita buat terhadap pasangan, anak, saudara, teman atau sahabat. Mungkin ada orang yang menyakiti kita dan kita masih menyimpan luka itu hingga sekarang. Apakah kita rela membawa luka itu terus? Ataukah kita mau memberi ruang bagi pengampunan bekerja?
SuperParents, ini juga pelajaran penting yang bisa kita wariskan ke anak-anak. Anak perlu melihat bahwa meminta maaf dan memberi maaf adalah hal wajar dan indah. Mereka akan belajar dari teladan kita—bukan dari nasihat kosong, tapi dari tindakan nyata di rumah.
Mulailah hari ini. Ambil waktu untuk bicara dari hati ke hati dengan orang yang pernah melukai atau yang kita sakiti. Jangan tunggu waktu yang “tepat”—karena waktu paling tepat adalah ketika hati kita masih bisa dilembutkan oleh kasih Tuhan.
Maaf memang tidak selalu mudah. Tapi maaf bisa mengubah segalanya. Sama seperti Yakub dan Esau. Sama seperti Tuhan mengampuni kita—setiap hari, tanpa henti.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK