“Ma, aku tanya ke ChatGPT dulu ya.”
SuperParents, kalimat ini makin sering terdengar di rumah. Anak-anak zaman sekarang semakin akrab dengan teknologi berbasis AI, entah untuk mengerjakan PR, cari ide kreatif, atau bahkan sekadar ngobrol karena merasa nyaman.
Sebagai orangtua, wajar jika kita merasa bingung atau cemas. Ini bukan masa kecil yang kita alami dulu. Tapi sebelum buru-buru melarang atau takut sendiri, mari kita pahami satu hal penting: anak kita hidup di zaman yang berbeda, tapi nilai Alkitab tetap sama.
1. AI Bukan Musuh, Tapi Bukan Guru Sejati
AI bisa membantu anak menemukan jawaban, mengeksplorasi hal baru, bahkan menjadi 'teman belajar.' Tapi AI tidak punya hati. Ia tidak bisa menggantikan kasih sayang, nilai hidup, atau hikmat yang berasal dari hubungan nyata dengan keluarga dan Tuhan.
Anak boleh pakai teknologi, tapi:
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.” - Roma 12:2
Teknologi boleh berkembang, tapi hati anak harus tetap diarahkan pada kebenaran Tuhan.
2. Anak Butuh Pendampingan, Bukan Larangan Total
Melarang anak menggunakan AI bisa jadi kontraproduktif. Yang dibutuhkan bukan penolakan, tapi pendampingan penuh hikmat. Ajak anak belajar bijak:
- Verifikasi informasi
- Jangan jadikan AI pengganti hubungan sosial
- Jangan gunakan AI untuk menyontek atau lari dari tanggung jawab
- Didik anak untuk tetap mengandalkan akal sehat dan nilai iman.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” - Amsal 22:6
3. Jadikan AI Sebagai Jembatan Komunikasi
“Tadi kamu tanya apa ke AI?”
SuperParents bisa tanyakan juga pada mereka.
Bukan untuk mengontrol, tapi untuk membangun koneksi. Ketika anak merasa didengar, mereka akan lebih terbuka. Di sanalah orangtua bisa masuk dan membentuk pola pikir dan hati anak bukan lewat perintah, tapi lewat percakapan.
“Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau ajarkan berulang-ulang kepada anak-anakmu.” - Ulangan 6:6–7
Peran Kita Tak Tergantikan
AI bisa menjawab pertanyaan anak.
Tapi hanya orangtua yang bisa menjawab kebutuhan hati mereka.
Hanya kita yang bisa menanamkan nilai kasih, kebenaran, dan iman.
BACA JUGA : Ketika Anak Ngotot, Akankah Kita Mengalah Seperti Tuhan pada Bileam?
Teknologi akan terus berubah, tapi Firman Tuhan tetap sama.
Dan peran kita sebagai orangtua tidak akan pernah tergantikan bahkan oleh teknologi secanggih apa pun.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK