“Bukan kaum muda yang meninggalkan gereja tapi gerejalah yang meninggalkan kaum muda.” kata Pdt. Dr. Albertus Patty, Ketua PGI periode 2014 – 2019. Gereja enggan berubah dan tidak serius untuk memenuhi kebutuhan milenial bahkan generasi anak. Jadi, bagaimana bisa melakukan pemuridan sesuai pesan Kristus di Matius 28: 19?

Pada tanggal 17 Januari 2020, Superbook kedatangan Ketua Sinode BNKP (Banua Niha Keriso Protestan), Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, M. Si. Kedatangannya kali ini membuat mimin terperangah karena gereja-gereja lokal sudah mulai sadar dan terbeban dengan generasi. Karena generasi sekaranglah (generasi Z dan Alpha) yang nantinya akan menjadi penerus gereja dan pemimpin di masa depan.

Melalui sekolah Minggu generasi dibentuk karakternya dan mempraktekkan kasih Kristus kedalam keseharian mereka. Tapi sebelum kita bisa menanamkan karakter Kristus, kita harus pahami terlebih dulu tantangannya.

Baca juga : #RAME2JADIBERKAT : YOSUA, BANGSA ISRAEL DAN TEMBOK YERIKHO

1. Kaum muda mulai meninggalkan gereja

Masih banyak gereja yang memaksa diri untuk bertahan dengan sisi konservatismenya. Semua tradisi dianggap sakral dan tidak boleh berubah lalu di copy-paste dan dipertahankan mati-matian lebih daripada mempertahankan jemaat. Jadi kaum muda harus menyesuaikan diri dengan gereja bukan sebaliknya. Kalau begini terus bukankah ritual dianggap lebih penting daripada pemuridan itu sendiri?

 

2. Gereja sibuk memperebutkan jabatan dan domba (red. Jemaat)

Kok katanya ‘pelayan’ tapi gayanya bagaikan ‘bos’ atau terlalu bangga berlebihan. Seharusnya ketika mendapatkan ‘jabatan pelayanan’, seharusnya kita bersedia menjadi seperti Tuhan Yesus yang mau membasuh kaki para murid, menjadi yang paling belakang, dan bersikap rendah hati. Selain itu, rebutan jemaat/ umat sepertinya tidak ada esensinya ya.

 

Sumber : callingpost

3. Gereja mengutamakan pembangunan fisik daripada pembangunan iman jemaat

Tidak bisa dipungkiri memang bangunan fisik diperlukan, tapi jangan juga mengesampingkan kebutuhan iman jemaatnya juga ya.

 

4. Perpecahan

Adanya berbagai denominasi gereja, seperti protestan (tradisional), karismatik, orthodox, dan masih banyak lagi, membuat gereja tidak bersatu. Padahal bukankah jika bersatu dampaknya bagi pemuridan akan semakin luar biasa?

 

5. Gereja mengalami hambatan

Memang tidak mudah untuk membangun gereja di masa kini. Tapi, yuk kita ingat lagi esensi gereja yang sebenarnya, bahwa gereja bukanlah gedung namun “orangnya/ jemaatnya”. Jadi umat Tuhan bisa bertumbuh dimanapun dan kapanpun, tinggal bagaimana kita sebagai gerejanya bisa membangun.

Baca juga : SEBERAPA PENTING PERAN MEDIA BAGI GEREJA? INI JAWABANNYA!

Lalu bagaimana metode yang bisa digunakan untuk menghadapi tantangan ini?

Jadikan keluarga sebagai jantung dan inti pemuridan.

Keluarga adalah bentuk gereja terkecil. Jadi dari keluargalah pertumbuhan iman setiap anggotanya terbentuk.

Meningkatkan kualitas pelayanan anak sebagai sasaran utama pemuridan.

Karena generasi anaklah yang nantinya akan meneruskan gereja dan pemuridan di masa yang akan datang. Yuk perlengkapi mereka sedari dini.

Pemuridan dengan menggunakan media digital dan teknologi.

Janganlah musuhan sama perkembangan teknologi, justru kita bisa memanfaatkannya untuk pemuridan lho, seperti yang Superbook sudah lakukan.

Nah bagaimana dengan gereja dan sekolah Minggu kakak? Apakah sudah siap menghadapi tantangan ini? Kalau ya, kakak bisa ikut membantu pemuridan anak dengan klik link di bawah ini...

DAFTAR UNTUK JADI BERKAT

Contasia Christie

Content Writer

Share :