ARTICLE

Wed - May 28, 2025 / 74 / Daily Devotional

Berbohong = Menyakiti?

“Kata Yakub kepada ayahnya: 'Akulah Esau, anak sulungmu.’” Kejadian 27:19 (TB)

SuperParents, siapa sih yang belum pernah berbohong? Kadang rasanya sepele — hanya untuk menutupi kesalahan kecil, menyelamatkan diri dari rasa malu, atau sekadar membuat segalanya terasa lebih mudah. Tapi mari kita jujur sejenak, apakah hati kita benar-benar tenang setelah itu?

Kisah Yakub yang berpura-pura menjadi Esau di depan ayahnya, Ishak, adalah salah satu contoh nyata bagaimana kebohongan bisa menghancurkan banyak hal. Yakub mendapatkan apa yang ia inginkan — berkat anak sulung. Tapi setelah itu? Hubungan keluarga retak. Esau sakit hati dan marah, Yakub harus melarikan diri dari rumahnya sendiri, dan hidupnya penuh dengan pelarian dan penyesalan.

Mengapa Kebohongan—Sekecil Apa Pun—Selalu Berdampak?

  1. Bohong Itu Seperti Kertas yang Terbakar
    Sekali kamu menyalakan api, sulit dikendalikan. Kebohongan Yakub dimulai dari tipu daya kecil, tapi berujung pada pelarian, ketakutan, dan perpecahan.

  2. Kebohongan Menyakiti Hubungan Terdekat
    Ishak pasti terluka saat tahu anaknya menipunya. Esau merasa dikhianati. Kebohongan dalam keluarga meninggalkan luka yang sulit sembuh—bahkan setelah kita meminta maaf.

  3. Kita Terjebak dalam Jaringan Dusta
    Satu kebohongan biasanya membutuhkan kebohongan lain untuk menutupinya. Yakub harus terus berpura-pura menjadi Esau, bahkan memakai bulu kambing untuk menipu ayahnya yang buta.

BACA JUGAAkibat dari Keputusan yang Tergesa-gesa

Tapi... Kenapa Kita Tetap Saja Berbohong?

  • Takut Menghadapi Konsekuensi ('Kalau jujur, aku akan dihukum!')

  • Ingin Terlihat Baik ('Lebih baik bilang 'sibuk' daripada mengaku malas.')

  • Meremehkan Dampaknya ('Ini kan cuma bohong kecil, nggak ada yang tahu.')

Bagaimana Menghentikan Kebiasaan Berbohong?

  1. Ingat: Kebenaran Itu Melegakan
    Meskipun awalnya sulit, kejujuran membuat hati tenang. 'Firman-Mu adalah kebenaran' (Yohanes 17:17).

  2. Mulai dari Hal Kecil
    Latih kejujuran dalam perkataan sederhana:

    • 'Maaf, aku belum sempat mengerjakannya,' alih-alih 'Nanti aku kerjakan.'

    • 'Aku tidak suka makanan ini,' daripada 'Kenyang, kok.'

  3. Minta Pertolongan Tuhan
    Jika kebohongan sudah menjadi kebiasaan, berdoalah seperti Daud: 'Bersihkanlah aku dari dosa yang tersembunyi' (Mazmur 19:13).

Tuhan menginginkan hati yang murni, bukan hanya mulut yang manis. Kejujuran mungkin terasa berat, kadang menyakitkan, tapi di situlah kepercayaan dibangun. Dan hubungan yang sehat hanya bisa tumbuh di atas dasar kejujuran.

Mungkin hari ini ada di antara kita yang sedang bergumul dengan kejujuran — menutupi kesalahan dari pasangan, membohongi anak agar mereka menurut, atau berpura-pura semuanya baik-baik saja padahal tidak. Mari kita bawa semua itu ke hadapan Tuhan. Dia tidak menolak hati yang hancur dan mau berubah.

Jika saat ini SuperParents membutuhkan dukungan, maupun ingin didoakan, hubungi Layanan Doa dan Konseling CBN sekarang juga dengan klik link di bawah ini!

HUBUNGI SEKARANG

Download PDF

Audreyline S. Candy

Penulis Konten
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK