Fri - Nov 17, 2017 / 5206 /

Tahukah Kamu, Ini Kisahnya Sekolah Minggu Dimulai

Revolusi Industri telah mengakibatkan banyak anak menghabiskan waktu seminggu bekerja di pabrik-pabrik. Hal ini mengakibatkan banyak anak yang tidak bisa baca tulis. Filantropi Kristen ingin membebaskan anak-anak ini dari kehidupan yang buta huruf. Pada abad ke-19, jam kerja mereka terlalu panjang. Legislatif sederhana pertama dilarang tahun 1802. Hal ini mengakibatkan pembatasan jumlah jam kerja anak per hari sampai jam12! Batasan ini tidak lagi diturunkan sampai 1844. Hari Minggu adalah satu-satunya hari dimana anak-anak punya waktu kosong untuk mendapatkan pendidikan.

Robert Raikes dan Thomas Stock pertama kali mendirikan sekolah minggu untuk anak miskin dan yatim piatu di Gloucester tahun 1780. Mereka dikenal sebagai pelopornya. Upaya mereka dimpimpin oleh rohaniawan dan orang awam untuk mendirikan sekolah yang sama di seluruh Inggris, inilah yang menjadi kegerakan munculnya sekolah minggu. Di tahun 1800, 200.000 anak bergabung dalam sekolah minggu di Inggris, kemudian bertambah lagi sampai 2 juta anak.

Sekolah Minggu diorganisir oleh orang-orang yang menemukan bahwa anak-anak kelas pekerja memerlukan suatu bentuk disiplin. Sekolah minggu dan sore mengajarkan membaca, menulis, menghitung, dan katekisasi untuk melayani orang miskin. Pendaftaran dilakukan berdasarkan kedatangan orang tua, pencalonan dari sponsor, dan aplikasi individual siswa.

Murid-murid diharapkan untuk hadir empat sampai lima jam perminggunya dan hanya diperuntukkan untuk anak-anak kelas pekerja. Meskipun awalnya dipuji dan mendapatkan penghargaan, sekolah minggu terus berjuang untuk bertahan hidup.

Sering terjadi tekanan dari gereja untuk tidak mengajarkan menulis pada hari Minggu, perdebatan memuncak terkait pengajaran untuk kelas bawah. Faktanya,ini ide yang bagus. Ada kekhawatiran pembelajaran ini menyebabkan mereka lupa akan kedudukannya.

Gereja di Inggris sering tidak mampu mendukung sekolah atau menyediakan mereka ruang yang memadai dan dana. Akibatnya, sekolah-sekolah dibiayai oleh sponsor yang mendaftarkan anak-anak yang telah ditentukan. Sponsor juga didorong agar datang ke sekolah-sekolah untuk mendengar anak-anak mengulangi pelajaran mereka. Mereka adalah pelopor pengawas sekolah. Para guru dibayar dan kelas terkadang dilakukan di rumah masing-masing anak atau ruangan yang disewa.

Hannah More misalnya, melangsungkan sekolah di Blagdon pada tahun 1795. Dia kemudian menjadi lebih berpengaruh lagi di pergerakan sekolah minggu dengan membuat “Cheap Repository Tracts”.

Sekolah minggu menangkap dengan cepat dan efektif karena mereka simple, menjadi pengalih anak-anak, dan berarti derajat sosial para orang tua beserta seluruh keluarganya meningkat. Mereka juga sering mengadakan pendidikan untuk dewasa, dengan sesekali datang ke sekolah. Anak-anak secara aktif didorong untuk membawa pelajaran dan buku ke rumah agar dapat di bagikan dengan orang tua mereka.

Sekolah minggu juga menjadi pusat interaksi sosial yang penting bagi anak dan orang tua, yang dengan cepat pindah dari komunitas pedesaan kecil,ke dekat ke pusat kota besar, kemudian ke tempat padat penduduk. Akhirnya, katekisasi diajarkan untuk penduduk tersebut dengan cara menghafalkan saat pendeta membacakan “Doa Bapa Kami” sekali seminggu ketika ibadah. Seiring sekolah minggu yang semakin popular dan efektif, gereja di Inggris mulai secara aktif menyediakan mereka fasilitas dan dana. Ini juga berarti kontrol yang lebih ketat atas manajemen dan kurikulum mereka. (CC)

Sumber: Berbagai sumber