ARTICLE

Mon - Oct 23, 2017 / 1770 /

Apa Bedanya Teknologi dengan Sampah?

Mencipta adalah salah satu kemampuan dasar manusia. Kemampuan ini melekat karena manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Tuhan. Di sisi lain kemampuan ini muncul dari sebuah proses berpikir kemudian manusia terus mencipta. Saat kehidupan manusia terus berkembang, maka apa yang dibuatnya terus berkembang. Segala karya yang diciptakan manusia untuk membuat kehidupan lebih baik itu dinamakan teknologi.

 

Pada dasarnya kata 'Teknologi' berasal dari 2 kata Yunani: 'techne' (seni, kemampuan), dan 'logos' (ilmu); ini berarti teknologi adalah sebuah ilmu yang memampukan orang untuk melakukan sesuatu. Sederhana sekali; misalnya saat manusia merasakan perubahan cuaca dan ia merasa tidak nyaman maka ia akan membuat pakaian.

 

Teknologi berkembang dari bentuk paling sederhana (meja, kursi, baju, dll) kepada bentuk yang lebih kompleks (otomotif, komputer, internet) sesuai zamannya. Jika teknologi diartikan semua karya manusia yang berguna untuk hidup lebih baik, maka lawan katanya adalah sampah (trash/garbage). Sampah adalah semua yang dihasilkan manusia namun tidak berguna, atau cenderung merugikan manusia.

 

Mendefinisikan sesuatu itu teknologi atau sampah, seringkali tergantung pada pengguna dan penggunaannya. Teknologi bisa menjadi sampah jika tidak digunakan dengan tepat. Definisi teknologi itu sendiri gugur, ketika suatu karya menjadi tidak berguna, atau mengurangi nilai hidup manusia.

 

Pada masa kita hidup saat ini, yang dikatakan sebagai era digital, kita sedang mencapai sebuah masa percepatan dan perkembangan paling maksimal dari teknologi yang dihasilkan oleh manusia. Saking cepatnya perkembangan teknologi, sampai-sampai itu tidak diimbangi dengan kemampuan manusia untuk mengadaptasinya. Ketidakmampuan manusia untuk mengadaptasi teknologi menciptakan suatu kondisi yang dinamakan sebagai “culture shock” atau gegar budaya. Terjadi ketidakseimbangan dalam keseharian manusia.

 

Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, di kota dan di desa, semua mulai kebanjiran teknologi canggih tanpa diimbangi kemampuan mengadaptasi dan menggunakannya. Orang yang mengadaptasi teknologi dengan baik, mampu menggunakan teknologi untuk tujuan yang baik – bahkan menguasainya untuk mendapatkan manfaat yang maksimal. Tetapi bagaimana dengan yang tidak mampu mengadaptasi? Teknologi lah yang menguasai kehidupan mereka. Sebagai contoh bagaimana media sosial mulai digunakan secara luas karena perkembangan teknologi gadget dan internet yang mulai masuk ke desa-desa. Mulai dari bangun tidur di pagi hari hingga akan terlelap lagi, manusia menyerap beragam informasi yang disajikan oleh media. Tanpa terbiasa mencerna informasi, karakter manusia akan tergerus oleh berbagai sisi negatif teknologi.

 

Sebuah sindrom baru sedang terjadi dalam kehidupan para pengguna teknologi. Para ahli mendefinisikan sindrom ini sebagai “Information Overload” atau kelebihan beban informasi pada otak manusia. Sindrom ini ditemukan lebih banyak dialami oleh generasi milenial (usia 22-35), dan generasi Z (usia 7-22). Mereka adalah generasi pengguna teknologi khususnya gadget yang bermuatan media informasi.

 

Information overload menyebabkan salah satu bentuk perubahan tingkah laku yang dinamakan sebagai BLAST (singkatan dari Bored, Lazy, Angry, Stressed, and Tired). Ini adalah dampak langsung yang cukup luas dirasakan dari beban informasi akibat kecanduan teknologi, yaitu: bosan, malas, marah, stress, dan lelah.Jika ini tidak diatasi, maka generasi ini akan mulai menjadi terbiasa dengan tingkah laku tersebut, dan seluruh tindakan serta keputusannya bisa didasarkan pada hal-hal tersebut. Dengan kata lain, teknologi bisa mendefinisikan ulang karakter manusia sesuai dengan apa yang disajikannya.

 

Bagi orang Kristen, harusnya kita mendasarkan seluruh tingkah laku kita pada sebuah hubungan yang mendalam dengan Tuhan setiap hari, yang didapat melalui aktivitas doa dan perenungan akan Firman Tuhan. Selain itu, karakter-karakter baik dalam hidup kita akan terbangun dengan adanya interaksi yang sehat antar manusia. Hubungan antar manusia itu mengandung risiko, karena pasti ada gesekan-gesekan; tapi bukankah dengan mengalami itu semua dan menyelesaikannya dengan baik, otot-otot karakter kita bertumbuh?

 

Hubungan yang sehat dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dan dengan sesama, itulah yang membuktikan bahwa kita ini mengalami pesan Injil. Injil selalu bicara mengenai pemulihan hubungan vertikal, internal, dan horizontal. Namun apakah kita rela jika generasi berikutnya tidak lagi memiliki hubungan yang sehat dengan Tuhan, dirinya, dan sesama, karena interaksinya ter-interupsi oleh ketergantungannya pada teknologi? Kecanduan teknologi dampaknya sama dengan kecanduan lainnya seperti pada rokok, narkoba, dan pornografi, pada akhirnya yang akan dirusak adalah hubungan.

 

Pada masa lampau, Albert Einstein yang begitu terkenal sebagai pemikir, ilmuwan, dan penemu, berkata demikian: “Akan datang suatu masa, di mana ketergantungan manusia pada teknologi akan melampaui interaksi manusiawi kita. Pada saat itu, akan lahir sebuah generasi yang idiot.” Contoh saja, berapa banyak anak yang tidak lagi mengunjungi orangtuanya dan tidak merasa bersalah, hanya karena dia merasa whatsapp dan facebook cukup untuk berinteraksi. Padahal, pesan singkat tentu tidak bisa menggantikan pelukan dan sentuhan seorang anak bagi orangtuanya.

 

Kemungkinan akan kondisi itu patut kita renungkan, pikirkan, dan antisipasi. Teknologi bertujuan untuk menjadikan hidup manusia lebih baik. Kehidupan manusia akan menjadi lebih baik jika kita tidak kehilangan sisi manusiawi kita dan hubungannya dengan Pencipta. Jika teknologi menggerus karakter dan menciptakan “sebuah lubang di hati” manusia, pada saat itu teknologi telah menjadi sampah yang mengganggu kehidupan. Teknologi harus tetap ada dalam pegaturan kita. Kitalah yang berkuasa menentukan cara menggunakan teknologi, bukan kita yang dikuasai teknologi. Gunakanlah teknologi untuk membangun hubungan – ini seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, kita harus mampu menggunakan mammon untukmengikat persahabatan.

 

Ditulis oleh:

Yoseph K. Tandian

Church Network Coord.

Superbook – CBN Indonesia

Baca Juga : 

MENCARI KERJA? TIPS MENENTUKAN BESARAN GAJI ANDA

BANTU ANAK SUKSES DI ERA DIGITAL DENGAN KECERDASAN DIGITAL MELALUI TAHAP INI

CARA MENCEGAH PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK

KLIK SHARE TO FACEBOOK UNTUK KAMU BAGIKAN ARTIKEL INI.

Superbook Admin

Official Writer
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK