Merasa lebih tua daripada yang lain terkadang bisa membuat anak menjadi tinggi hati, merasa paling hebat, dan senior dibanding adik-adik kelasnya. Steven Cristian Ananta (kelas 6 SD) merasakan hal yang sama. Bahkan dia juga sering berkelahi dengan teman-temannya di sekolah maupun di sekolah minggu, jika ia diejek. Padahal setiap hari Minggu, Steven selalu belajar untuk mengasihi teman dan saudara-saudaranya.

Bukan hanya emosi yang tidak terkendali yang menjadi karakter buruknya. Steven juga kurang percaya diri. Saat kakak guru sekolah minggu meminta tolong padanya untuk berdoa, Steven seringkali menolaknya. Ia juga tidak mau memimpin pujian.

Baca juga : MENJAGA KEPERCAYAAN DAN MAU TERUS BELAJAR

Perubahan mulai terjadi ketika ia bersekolah minggu di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Seputih Agung Wilayah Gayau Sakti. Guru sekolah minggu mulai mengajar menggunakan kurikulum Superbook di gerejanya. Salah satu pembelajaran yang mengena di hatinya adalah saat belajar tentang Kisah Menara Babel.

Ia sadar kalau dirinya harus taat kepada Tuhan, karena Tuhan sudah begitu baik pada umat-Nya. Tuhan tidak suka anak yang sombong seperti orang-orang di Babel itu. Setelah ia belajar firman Tuhan tersebut, Steven mulai menunjukkan perubahan di rumahnya. Ia menjadi anak yang taat kepada orang tuanya. Kemudian perubahannya bergulir di sekolah dan lingkungannya, ia semakin bisa menahan emosinya dan menyayangi teman-temannya.

Baca juga : MAU MENERIMA DAN MENGASIHI ADIK SEPERTI TUHAN YANG TERLEBIH DULU MENGASIHINYA

Orang tua Steven yang amat bersyukur atas perubahan anaknya ini, menceritakan kepada guru sekolah minggunya kalau Steven saat di rumah sudah mulai belajar memimpin doa. Melalui kisah Menara Babel inilah, Steven belajar menjadi anak yang taat dan rendah hati.

Kukuh Luksamono

Fasilitator Superbook - Lampung