Salah satu kebahagiaan menjadi orang tua adalah melihat anak-anak tumbuh menjadi versi yang terbaik. Selain itu, firman Tuhan juga telah memerintahkan kita untuk mengajarkan teladan yang diajarkan Tuhan kepada anak-anak kita, seperti tertulis di dalam Ulangan 6:6-7, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Ada beragam strategi pengasuhan untuk mendukung tumbuh kembang anak yang bisa SuperParents praktekkan, seperti 5 pola asuh di bawah ini:
Pola asuh yang spiritual mengajarkan anak kita untuk menghormati individualitas, nilai etika, hormat, kejujuran, toleransi, dan keadilan. Perkembangan spiritual anak akan mendorongnya melakukan kebenaran firman Tuhan seperti yang tertulis di 3 Yohanes 1:4, “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.”
Pola asuh positif bertujuan untuk memberdayakan anak-anak dengan membantu mereka menemukan kekuatan, keterampilan, dan keinginan batin mereka. Dalam pola asuh positif, orang tua memberikan dukungan tanpa syarat kepada anak-anaknya untuk membantu mereka memanfaatkan hidup dan diri mereka sendiri sebaik-baiknya. Alih-alih mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan atau menerapkan aturan ketat untuk memperbaiki perilaku anak, strategi ini berfokus pada pembinaan, bimbingan, dan konseling. Apa yang Anda lakukan lebih penting daripada apa yang Anda katakan terkait anak-anak.
Di sini, orang tua berperan sebagai teladan bagi anak-anaknya. Anak-anak mendapatkan isyarat tentang bagaimana berperilaku dengan memperhatikan orang tua mereka. Strategi pengasuhan positif efektif dalam mendukung perkembangan anak bahkan di usia remaja. Selain mengajarkan perilaku yang baik, strategi ini memberdayakan anak-anak dengan mengajari mereka logika dan pengambilan keputusan.
Hubungan antara anak-anak dan orang tua sangat mempengaruhi jalur penemuan jati diri mereka. Oleh karena itu, orang tua harus berusaha menciptakan lingkungan yang aman di mana anak dapat menjadi dirinya sendiri. Orang tua harus membiarkan anak-anaknya mengeksplorasi lingkungannya, membuat kesalahan, dan belajar darinya.
Meskipun wajar jika orang tua menginginkan kendali atas urusan anak, mengecilkan ekspresi individu dapat menghambat perkembangan anak. Terlebih lagi, pola asuh otoriter kemungkinan besar akan meningkatkan ketergantungan pada orang tua karena anak tidak punya pilihan selain menuruti keinginan orang tua. Sebaliknya, orang tua harus mengambil langkah mundur dan membiarkan anak-anak untuk mengambil risiko dan mengetahui lebih banyak tentang lingkungan mereka. Dengan cara ini, anak-anak Anda akan belajar tentang akuntabilitas dan menetapkan batasan pribadi.
Secara tradisional, pola asuh otoritatif adalah strategi utama dalam membesarkan anak. Gaya pengasuhan ini terkenal karena secara konsisten memberikan hasil positif pada anak. Strategi pengasuhan ini mengajarkan perilaku yang baik dan disiplin dengan mendorong kepatuhan dan kepatuhan terhadap aturan yang ditetapkan. Jika diterapkan dengan benar, pola asuh otoritatif dapat menghasilkan anak yang memiliki harga diri tinggi, keterampilan sosial yang baik, dan keseimbangan emosional.
Pola asuh otoritatif sering kali mengandalkan penguatan positif untuk mendorong perilaku yang baik. Hal ini menganjurkan fleksibilitas dan rasionalitas ketika menetapkan harapan anak-anak. Meskipun orang tualah yang berhak mengambil keputusan akhir dalam banyak hal, disarankan untuk mendorong pemikiran mandiri. Meskipun menetapkan aturan dan batasan untuk anak Anda boleh saja, orang tua harus tetap hangat dan responsif terhadap kebutuhan fisik dan emosional anak mereka.
Anak-anak pertama kali mempelajari keterampilan menjalin hubungan dari interaksi mereka dengan orang tua. Pengasuhan kelekatan bertujuan untuk memperkuat ikatan emosional dan psikologis antara anak dan pengasuh. Ketika orang tua menanggapi kebutuhan emosional dan fisik anak mereka, mereka akan mengembangkan pandangan hidup yang positif. Selain itu, anak-anak cenderung percaya ketika mereka yakin bahwa mereka dicintai dan dihargai tanpa syarat.
Terlebih lagi, semakin baik SuperParents memahami anak-anak, semakin besar kemungkinan SuperParents memenuhi kebutuhan mereka dan membuka potensi mereka. Ketika anak-anak memercayai orang tua, mereka akan lebih mungkin belajar kepatuhan dan disiplin.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK