Pernahkah SuperParents tiba-tiba menyadari bahwa cara kita mendisiplinkan anak mirip sekali dengan cara orang tua kita dulu? Padahal kita pernah berjanji 'Aku tak akan seperti mereka!'? Atau mungkin SuperParents tanpa sadar lebih memperhatikan satu anak, seperti Ishak yang memilih Esau, atau Ribka yang memihak Yakub?
Kita sering membawa luka masa kecil ke dalam pola asuh kita sendiri—tanpa menyadarinya. Yakub adalah contoh nyata. Dia tumbuh dalam keluarga yang penuh ketidakseimbangan: ayahnya pilih kasih, ibunya memanipulasi, dan hubungan dengan kakaknya hancur karena persaingan. Akibatnya? Ketika Yakub menjadi ayah, dia mengulangi pola yang sama: lebih menyayangi Yusuf, memicu kecemburuan anak-anaknya, dan keluarga itu pun terpecah (Kejadian 37:3-4).
Kita Mengasuh Berdasarkan 'Apa yang Dikenal', Bukan 'Apa yang Benar'
Otak kita cenderung mengulangi pola yang sudah familiar, sekalipun itu menyakitkan. Jika dulu kita sering dimarahi, kita mungkin tanpa sadar bersikap keras pada anak. Jika dulu kita tidak pernah dipuji, kita kesulitan memberi apresiasi.
Luka Masa Kecil yang Tidak Disembuhkan
Yakub mungkin tidak pernah memproses rasa ditolak ayahnya (Ishak lebih sayang Esau) atau rasa bersalah karena menipu ayahnya. Luka itu terbawa hingga ia menjadi orang tua.
Keyakinan Keliru seperti 'Ini untuk Kebaikanmu'
Contoh klasik: memaksa anak dapat nilai sempurna karena kita dulu tidak dihargai, atau melarang anak menangis karena kita diajari 'laki-laki tidak boleh cengeng'.
Tanpa disadari 'kebiasaan' atau 'pola asuh' yang buruk yang kita terima dari orang tua kita melekat menjadi trauma atau luka yang membekas pada hati, pikiran bahkan mungkin jiwa kita dan besar kemungkinannya bagi kita untuk menurunkannya kepada anak kita jika kita tidak putuskan dan sembuhkan.
BACA JUGA: Anak Cemburu Sama Saudaranya? Intip 5 Cara Efektif Mengatasinya Yuk Parents!
Refleksi Diri: 'Apa yang Aku Bawa dari Masa Lalu?'
Apa kalimat yang sering diucapkan orang tuamu dulu?
Kapan terakhir kali aku merasa kesal dengan anak, dan apakah itu terkait pengalamanku sendiri?
Apa yang ingin kuubah?
Terbuka pada Pasangan atau Sahabat
Ceritakan pola yang ingin SuperParents ubah. Misalnya: 'Aku sering marah saat anak berantakan, padahal aku tahu itu wajar. Tolong ingatkan aku untuk lebih sabar.'
Cari Komunitas atau Bimbingan
Bergabung dengan kelompok parenting atau konseling rohani membantu kita tidak sendirian dalam proses ini.
Ganti Pola Lama dengan Kebenaran Firman Tuhan
Ganti 'Aku harus sempurna' dengan 'Kasih itu sabar dan murah hati' (1 Korintus 13:4).
Ganti 'Anakku harus menurut selalu' dengan 'Didiklah mereka di dalam ajaran Tuhan' (Efesus 6:4).
SuperParents tidak harus menjadi korban pola masa lalu. Seperti Yakub yang akhirnya berubah setelah bergumul dengan Tuhan (Kejadian 32), kita juga bisa memulai perubahan:
Akui bahwa ada pola yang perlu diubah.
Maafkan orang tua kita (dan diri sendiri) atas kesalahan masa lalu.
Ambil langkah kecil setiap hari. Misalnya, hari ini memuji anak sekali, atau tidak membentak saat emosi memuncak.
Ingat: Tidak ada orang tua yang sempurna, tapi setiap langkah untuk memutus rantai luka adalah kemenangan. Wariskan kasih, bukan luka.
'Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu.' (Roma 12:2).
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK