ARTICLE

Thu - Sep 07, 2017 / 2318 /

Sering-sering mesra dengan pasangan di depan anak, ini positifnya

Kerap menunjukkan keharmonisan akan membuat anak memiliki contoh 'hubungan ideal' untuk masa depannya.

Menunjukkan keharmonisan suami-istri di hadapan anak-anak adalah hal yang baik. Apalagi rumah semestinya menjadi tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar menyayangi, memahami arti cinta dan mendapatkan contoh sebuah hubungan yang baik. Namun dalam budaya di Indonesia, masih banyak orang tua yang malu menunjukkan kemesraan di hadapan anak. padahal selama masih dalam batas kewajaran, selain menambah kemesraan hubungan antara orang tua, memamerkan aksi mesra di depan anak merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan anak mengekspresikan rasa sayang atau cinta.

Membelai, merangkul, memeluk hingga mencium, dapat menjadi referensi yang baik bagi anak saat ia besar nanti dan memulai menjalin hubungan yang serius. Dengan menunjukkan hubungan rumah tangga yang hangat dan sehat, nantinya rumah tangga anak Anda juga akan harmonis karena sudah terbiasa mengungkapkan rasa sayangnya secara positif dan sesuai dengan masa-masa yang ia lalui.

Psikolog dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia, Anna Surti S.Psi., M.Psi., mengemukakan bahwa ketika anak memahami bahwa hubungan orang tuanya harmonis dan penuh cinta, ia akan merasa lebih aman dan nyaman. Kemudian, rasa aman itulah yang akan menjadi dasar rasa percaya diri pada anak, sehingga nantinya ia lebih mandiri, mudah bersosialisasi, berprestasi dan disiplin.

baca juga : 1001 cara menjaga si kecil tetap senang dan tenang menghabiskan seharian bersama Anda

Selain itu, pada dasarnya setiap anak kemungkinan memiliki ketakutan apakah orang tua mereka akan berpisah. Nah, dengan memperlihatkan kemesraan sebagai pasangan suami istri di depan anak, dapat meyakinkan mereka bahwa Anda dan pasangan memang saling mencintai. Boleh juga saat Anda sedang berpelukan dengan pasangan, ajak anak masuk ke dalam pelukan sehingga ia juga merasa dicintai oleh kedua orang tuanya. Ini dapat membantu membentuk ikatan yang hangat dan harmonis.

Namun demikian, batas wajar tersebut harus benar-benar diperhatikan. 'Seharusnya orangtua sangat hati-hati dalam bermesraan di depan anak, berapa pun usia si anak.' Ujar psikolog Dra. Ieda Poernomo Sigit Sidi. Ia menambahkan bahwa orangtua harus sadar bahwa dirinya akan menjadi model bagi anaknya. Jadi, kalau orangtua ingin anaknya baik, ya, berikanlah contoh atau model yang baik pula.

Maka, menunjukkan kemesraan pun harus ada batasan-batasan dalam koridor pendidikan anak. Mana yang boleh dan tidak dilihat anak. 'Yang boleh dilihat anak adalah apa-apa yang secara normatif boleh dilakukan di depan publik,' terang Ieda. Misalnya, memanggil dengan panggilan 'Yang', merangkul pundak, mencium pipi, atau memeluk bahu.

Semua itu, kata Ieda, masih dalam kategori menunjukkan rasa sayang. Toh, orang tua juga kerap melakukannya pada anak seperti mencium pipi, kening dan memeluk. Tetapi, jangan juga berlebihan ya!

Jika si anak melihat adegan mesra yang 'berlebihan' seperti mungkin berciuman di bibir, timbul macam-macam interpretasi dalam dirinya. Jangan lupa, anak belum paham tentang apa yang sedang diperbuat orang tuanya. Bisa jadi si anak menganggap perbuatan itu hal normal yang boleh dilakukan pada setiap orang. Akibatnya, ia meniru dan melakukan cium bibir pada semua orang. 'Peniruan itu yang membuat kita harus hati-hati memperagakan adegan mesra di depan anak. Mana yang boleh dan mana yang tak boleh dilihat anak.'

Anak, lanjut Ieda, akan merekam apa yang dilihatnya. Jadi jangan menganggap karena ia masih kecil, lantas ia belum mengerti apa-apa. 'Anak merekam semua itu dan memasukkan dalam memorinya tanpa bisa memilah-milah dan tanpa tahu tujuannya.' Karenanya, selalu ingat sejauh mana kemesraan tersebut boleh Anda pamerkan pada anak dan mana yang tidak.

baca juga : Inilah 3 Ayat Alkitab yang Orangtua Wajib Ketahui dalam Mendidik Anak untuk Hidup Sehat!

Sumber: Jawaban.com

Superbook Admin

Official Writer
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK