SuperParents pernah nggak tanpa sadar kita menyebut anak dengan “label”? Misalnya, “pintarnya anak Papa/ Mama,” atau sebaliknya, “Aduh, kamu ini pemalas/ nakal banget, deh.”
Terdengar sederhana, ya? Tapi, tahukah SuperParents kalau label seperti ini bisa berdampak besar pada cara anak melihat diri mereka sendiri?
Label yang positif, seperti 'pintar,' 'hebat,' atau 'berani,' bisa memberi anak rasa percaya diri. Anak merasa dihargai dan termotivasi untuk terus melakukan hal baik yang sesuai dengan label tersebut.
Namun, penting untuk memastikan pujian atau label positif itu diberikan berdasarkan tindakan nyata, tidak berlebihan, dan bukan sekadar basa-basi, baiknya berikan alasan yang tepat untuk label tersebut. Misalnya, “Wah kamu bisa menyelesaikan tugas dengan sangat baik, Kamu hebat sekali”
Sayangnya, label negatif seperti 'nakal,' 'pemalas,' atau 'cengeng' bisa berdampak buruk pada anak. Anak cenderung percaya pada apa yang sering mereka dengar.
Jika terus-menerus disebut 'nakal,' mereka bisa berpikir bahwa mereka memang seperti itu dan berhenti berusaha untuk berubah. Label negatif juga dapat merusak harga diri mereka dan menciptakan hubungan yang kurang harmonis dengan orang tua.
BACA JUGA: Perlu Nggak Sih Parents Curhat Tentang Masalah dan Perasaan Ke Anak?
Baik label positif maupun negatif, ada risiko jika terlalu sering digunakan. Misalnya, anak yang terus disebut 'pintar' mungkin merasa harus selalu sempurna dan takut gagal. Hal ini bisa membuat mereka stres atau kehilangan semangat mencoba hal baru.
Daripada memberi label, fokuslah pada tindakan atau usaha anak. Misalnya:
Daripada berkata, “Kamu malas sekali,” coba katakan, “Tugas ini belum selesai. Ayo kita selesaikan bersama-sama.”
Daripada berkata, “Kamu pintar,” coba katakan, “Kamu sudah belajar keras dan hasilnya luar biasa.”
Dengan begitu, anak memahami bahwa perilaku mereka bisa berubah dan usaha adalah kunci keberhasilan.
SuperParents, ingatlah bahwa anak-anak adalah pribadi yang terus bertumbuh. Mereka bukan hanya label yang kita berikan. Kata-kata kita sangat memengaruhi cara mereka melihat diri mereka sendiri. Jadi, mari kita gunakan kata-kata yang membangun, menguatkan, dan menginspirasi mereka untuk menjadi versi terbaik diri mereka.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK