ARTICLE

Wed - Jun 30, 2021 / 1194 / Parenting

Bahaya! Lahirnya Generasi Penakut Ternyata Dimulai dari Orang Tua

Tidak ada yang ingin punya anak penakut. Momin sendiri sebagai orang tua ingin anak tumbuh menjadi pemberani dan percaya diri. Tapi sayangnya banyak orang tua yang tidak sadar bahwa perkataan mereka bisa mempengaruhi perkembangan anak dan akhirnya membuat mereka jadi penakut. Eh kok bisa?

“Dek, ayo makan! Kalau nggak makan, ditangkep sama pak satpam lho. Mau?”

“Awas lho disitu gelap. Nanti ada hantu!”

Bisa maksudnya karena bercanda atau memberikan acaman kalau anak tidak melakukan suatu hal yang diminta oleh orang tuanya. Namun cara perkataan itu justru masuk ke dalam alam bawah sadar anak, dan tanpa disadari anak tumbuh menjadi penakut karena perkataan orang tuanya sendiri.

Baca juga : CARA MUDAH MEMBANGUN KOMUNIKASI DAN KETERBUKAAN ANAK AGAR MEREKA MENJADI ANAK PENURUT

Takut karena tidak sengaja

Momin sendiri mengalami dan cukup menyesali perkataan momin. Saya sebenarnya mempunyai ketakutan pada satu jenis serangga. Dan sebenarnya tidak ingin kalau anak memegang serangga itu, bahkan hanya mendekatinya saja. Di benak saya serangga itu menakutkan dan sangat menggelikan.

Sampai pada suatu hari, anak saya penasaran dengan sarang dari serangga tersebut. Ia mau memegang sarangnya dan memainkan serangga itu (karena serangganya ada di sarang). Dengan spontan saya langsung berteriak dan melarang dia mendekati sarang itu. Mulai dari situlah, anak menjadi penakut. Ia selalu mengulang kata-kata saya,“Aku takut kesitu ah ma. Takut ada serangga itu. Hiyy sarangnya geli.

Padahal sebenarnya belum tentu ada serangga itu disitu. Itulah yang membuat saya menyesal. Setelah saya sadar anak mulai jadi penakut, saya mulai menjelaskan bahwa itu hanya ketakutan saya saja dan belum tentu semua tempat ada serangga itu. Jadi anak saya tidak perlu takut lagi, namun tetap harus berhati-hati karena beberapa jenis dari serangga itu bisa beracun.

Ingin anak terbuka dan nyaman berbicara dengan kita, belajar bersama di Webinar Papa Mama Hebat yuk!

Takut karena ancaman

Saat ke dokter, momin pernah melihat seorang anak yang setiap ke rumah sakit harus beli balon dulu di depan agar ia tenang. Usut punya usut, orang tuanya sering menakutinya dengan perkataan, “Awas lho kalau kamu nggak mau diam, nanti disuntik sama pak dokter!” Sehingga anak itu selalu panik saat ke dokter atau mau imunisasi, padahal anak ini masih sangat kecil.

Mungkin orang tua berpikir dengan memberikan ancaman, anak akan berubah menjadi penurut dan mau tenang. Nyatanya tanpa disadari, ia juga secara sukses menanamkan rasa takut pada anak. Nantinya saat anak sakit dan harus dibawa ke dokter, si anak malah ketakutan serta harus dibujuk.

Takut karena perkataan body shaming dan labeling

Ini yang sangat sering tidak disadari orang tua karena berpikir ‘hanya bercanda’.

“Si hidung pesek.” Atau “Si cengeng”

“Ih kamu kok kurus banget sih nak.”

“Heuh, dasar anak nakal! Susah banget dibilangin!”

Jangankan anak-anak, orang dewasa kalau dikatain seperti ini juga akan merasa minder dan harga dirinya jadi jatuh. Mungkin anak tidak akan memperlihatkannya sekarang, tapi dampaknya akan terasa sampai mereka dewasa nanti.

Baca juga : MENGENAL PENYEBAB STRES PADA ANAK DAN CARA MENGATASINYA MENURUT ALKITAB

Bercanda seperti ini tidak lucu sama sekali! Justru kata-kata kita menanamkan karakter penakut dan pemberontak dalam alam bawah sadar anak. Akhirnya anak tumbuh menjadi tidak percaya diri, mencari perhatian dengan berbuat nakal, berontak dan selalu ‘ngeyel’.

Jadi harus bagaimana?

Berarti kita nggak boleh menakut-nakuti anak? Boleh saja asal dalam konteks yang tepat dan bisa menjelaskan dengan baik. Misalnya saat anak bermain sesuatu yang bisa membahayakan dia.

“Nak jangan mainan pisau ya, nanti tangan kamu bisa terluka dan sakit. Yuk kita main yang lain saja ya.”

Berkata tetap dengan penuh kasih, karena apapun yang kita katakan bisa masuk ke dalam hati dan alam bawah sadar anak. Terkadang memang tidak sedikit orang tua yang malas menjelaskan panjang lebar alasannya, jadi mengambil jalan pintas. Tapi jalan pintas itulah yang punya dampak negatif pada anak. Jelaskan apa adanya pada anak.

Contasia Christie

Content Writer
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK