Dalam Alkitab, ada beberapa tokoh yang mengalami kesulitan dalam mengontrol amarahnya. Sayangnya, kemarahan yang tidak terkontrol ini membawa konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi mereka. Yuk, kita belajar dari kisah mereka agar tidak mengulangi kesalahan yang sama!
Herodes marah besar ketika orang-orang majus tidak kembali kepadanya untuk memberitahukan di mana Yesus berada (Matius 2:16). Kemarahannya yang dipicu oleh ego dan keinginan untuk mempertahankan kekuasaan membuatnya memerintahkan pembunuhan semua bayi di Betlehem.
Pelajaran dari kisah Herodes: Belajar untuk rendah hati dan tidak membiarkan ego menguasai hidup mereka.
Petrus adalah murid Yesus yang bersemangat, tetapi ia juga mudah terbawa emosi. Saat Yesus ditangkap, Petrus marah dan memotong telinga seorang hamba imam besar (Yohanes 18:10).
Kemarahannya dipicu oleh ketakutan dan keinginan untuk melindungi Yesus, tetapi tindakannya justru tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Pelajaran dari kisah Petrus: Belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam situasi sulit, bukan bertindak impulsif.
Korah, seorang Lewi, marah dan iri hati terhadap kepemimpinan Musa dan Harun. Ia memberontak dan mengajak orang lain untuk melawan mereka (Bilangan 16:1-3).
Kemarahannya yang dipicu oleh keinginan untuk berkuasa akhirnya membawa kehancuran bagi dirinya dan pengikutnya. Mereka ditelan oleh bumi yang terbelah dan sebagian dari mereka terbakar oleh api Tuhan.
Pelajaran dari kisah Korah: Belajar untuk menghormati otoritas yang Tuhan percayakan.
Yefta adalah seorang hakim yang gagal mengendalikan emosinya saat berperang. Ia membuat janji terburu-buru kepada Tuhan.
Ia berjanji akan mempersembahkan apa pun yang pertama kali keluar dari rumahnya jika ia menang (Hakim-hakim 11:30-31). Akibatnya, ia harus mempersembahkan putrinya sendiri, yang sangat ia kasihi.
Pelajaran dari kisah Yefta: Belajar untuk berpikir jernih sebelum membuat keputusan penting.
BACA JUGA: 4 Tokoh Alkitab Ini Beri Teladan dalam Hal Pengendalian Diri Menahan Amarah
Haman marah besar ketika Mordekhai tidak mau menghormatinya (Ester 3:5). Kemarahannya dipicu oleh kesombongan dan keinginan untuk dihormati.
Alih-alih menyelesaikan masalah dengan bijak, Haman merencanakan kehancuran bagi seluruh orang Yahudi, yang akhirnya berbalik menimpa dirinya sendiri, ia dihukum dengan cara digantung oleh raja.
Pelajaran dari kisah Haman: Belajar untuk rendah hati dan tidak mudah tersinggung.
Simeon dan Lewi, anak-anak Yakub, marah ketika adik mereka, Dina, diperlakukan tidak adil oleh Sikhem (Kejadian 34). Mereka membalas dengan kekerasan, membunuh semua laki-laki di kota itu.
Kemarahan mereka tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga membuat Yakub dan keluarganya harus meninggalkan daerah itu dan pindah ke Betel untuk menghindari konflik lebih lanjut (Kejadian 35:1-5)
Pelajaran dari kisah Simeon dan Lewi: Belajar untuk menyelesaikan masalah dengan bijak, bukan dengan kekerasan atau balas dendam.
Kain marah dan iri karena persembahannya tidak diterima Tuhan, sementara persembahan adiknya, Habel, diterima. Alih-alih mengoreksi diri, Kain membiarkan kemarahannya menguasai dirinya hingga akhirnya ia membunuh Habel (Kejadian 4:5-8).
Pelajaran dari kisah Kain: Belajar untuk mengelola emosi mereka dan selalu memilih jalan damai.
Raja Saul sering kali tidak bisa mengendalikan emosinya. Ia marah kepada Daud karena iri dengan keberhasilannya (1 Samuel 18:8-9). Kemarahan ini membuat Saul kehilangan fokus pada panggilannya sebagai raja dan akhirnya kehilangan takhtanya.
Pelajaran dari kisah Saul: Belajar untuk bersyukur dan fokus pada apa yang Tuhan percayakan kepada kita.
SuperParents, kemarahan yang tidak terkendali dapat membawa konsekuensi serius. Saat menghadapi situasi yang memancing emosi, ingatlah Amsal 16:32: 'Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.'
Yuk, latih diri untuk lebih sabar dan mengendalikan emosi agar hidup kita dipenuhi dengan damai sejahtera!
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK