Banyak orang tua maupun pendidik yang berpikir bahwa keterampilan atau Digital Intelligent Quotient (DQ) dapat anak-anak kuasai sendiri . Namun karena adanya kesenjangan antara generasi pendidik dan orang tua dengan anak-anak dari generasi Z ini, membuat mereka bingung bagaimana caranya memfasilitasi dan melengkapi keterampilan digital anak secara memadai.
Anak – anak yang terlalu sering menggunakan teknologi dan media digital akan mudah terpapar risiko cyber, seperti kecanduan teknologi, penindasan (cyberbullying lewat komentar-komentar di media sosial), dan pencitraan. Mereka juga bisa percaya pada konten provokatif sehingga mempengaruhi interaksi di dunia sosial sesungguhnya.
Jadi kemampuan apa saja yang harus kita ajarkan pada anak kita sebagai bagian dari dunia digital ini? Kami membaginya menjadi 8 keterampilan digital:
Jelaskan kepada anak semua pengetahuan tentang internet. Mulai dari kenapa kita bisa menelepon tanpa adanya kabel sampai bagaimana internet itu bisa membuat yang jauh menjadi dekat. Jika Anda menemukan kesulitan dalam menjelaskannya, Anda bisa mencari tahu video kartun di Youtube yang dapat membantu Anak lebih mengerti, misalnya https://www.youtube.com/results?search_query=Digital+citizen+identity.
Multitasking bukan berarti anak dapat mengerjakan tugas rumahnya sambil menonton film di youtube, bermain game online, atau membalas chat di media sosial. Pengelolaan yang dimaksud adalah Anda sebagai pendidik mampu mengarahkan anak mempergunakan waktunya secara efektif. Jika dia memiliki PR, matikan semua perangkat digital yang mengganggu. Biarkan ia mengerjakannya sampai selesai, baru setelah itu dia boleh kembali mengakses perangkat digitalnya.
Komentar atau status negatif pada hasil post kita merupakan hal yang lumrah dalam dunia maya. Namun bagaimana dengan anak yang masih berkembang dan belajar tentang dunia digital? Terbukalah dan dekat dengan mereka, sehingga anak tidak segan untuk menceritakan permasalahannya kepada Anda. Bimbing secara psikologis dan dorong mereka untuk tidak terhanyut pada kata bullying tersebut.
Anda pernah mendapatkan pesan di media sosial yang berbunyi “ketik amin dan bagikan ke-10 teman kamu” atau “bagikan ini untuk memenangkan liburan ke Jepang”, dan masih banyak lagi. Terkadang anak tidak tahu mana yang benar, mana yang sebenarnya penipuan. Apalagi jika website tersebut meminta informasi tentang keuangan atau privasi kita, misalnya nomor kartu kredit, itu bisa sangat berbahaya. Tipsnya adalah jauhi konten pop-up di website, bijaklah dalam memberikan informasi pribadi, cari tahu apakah penawaran tersebut benar atau penipuan (karena beberapa website sering mencuri informasi kita untuk kepentingan pribadi mereka), dan jangan berikan password kepada siapapun. Jika anak bingung tentang email, penawaran, dan website, dampingi anak kemudian cari tahu apakah yang ia akses benar atau penipuan.
Baca juga : BANTU ANAK SUKSES DI ERA DIGITAL DENGAN KECERDASAN DIGITAL MELALUI TAHAP INI
Ajarkan anak untuk tidak membagikan informasi personal di dunia maya, terutama lokasi karena seringkali dipakai oleh penculik untuk mendeteksi keberadaan anak Anda. Himbau mereka untuk memakai media sosial seperti status secara bijak.
Hampir sama dengan mengelola keamanan, anak perlu diajarkan untuk mencari tahu informasi yang mereka dapatkan melalui dunia maya. Ajarkan untuk mengecek dua kali sumber informasinya ke website-website terpercaya, seperti milik negara, institusi pendidikan, dan media masa yang terpercaya. Salah satu cara mengecek adalah dengan mengetikkan kata kunci pada mesin pencarian (Google) kemudian tambahkan kata “hoax” dibelakangnya.
Setelah anak diajarkan untuk mengelola data pribadi mereka di dunia maya, ajarkan mereka untuk tidak mudah percaya pada orang-orang yang baru mereka kenal di media sosial apalagi sampai memberikan informasi personal pada orang tersebut. Mintalah mereka untuk menghapus jejak personal jika menggunakan komputer atau perangkat digital selain milik sendiri, seperti di warung internet.
Generasi anak saat ini lebih sering melihat layar dibandingkan dengan manusia secara langsung. Bantulah mereka untuk memiliki kemampuan menunjukkan empati terhadap kebutuhan seseorang atau orang lain dan perasaannya secara online.
Source: www.weforum.org , channel DQ Institute in Youtube
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK