ARTICLE

Thu - Oct 11, 2018 / 3716 / Parenting

Apa Bedanya Hukuman dan Konsekuensi untuk Anak?

Seringkali orangtua mendisiplinkan anaknya dengan cara memberikan hukuman atas perbuatan anak yang salah. Tapi tahukah SuperParents, ternyata ada acara yang lebih baik lho, yaitu dengan menyampaikan dan memberlakukan konseskuensi. Lalu apa bedanya hukuman dan konsekuensi?

Baca juga: ORANGTUA HARUS TAHU! 6 CARA BERIKUT AKAN MEMBANTU ANDA MENDIDIK ANAK MENURUT IMAN KRISTEN

Hukuman biasanya orangtua lakukan untuk memberikan efek jera kepada anak, lalu menyadari kesalahannya. Sayangnya hasil hukuman ini kadang tidak sesuai dengan yang orang tua harapkan. Hukuman seringkali membuat anak bertumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, dan ini berlanjut sampai saat mereka dewasa. Anak bukan berpikir untuk tidak melakukan kesalahan lagi, tapi mereka justru akan memendam amarah dan bisa jadi kedepannya akan sering berbohong karena takut dihukum.

Sumber: Mother Jones

Contoh hukuman yang biasa dilakukan orangtua misalnya, ketika anak tidak membereskan mainan, ia dihukum tidak dibelikan mainan lagi selama setahun. Atau anak memukul temannya, lalu orangtua menghukumnya dengan memukul pantat anak.

Baca juga : CARA MUDAH MENGAJARI ANAK REMAJA ANDA MENGELOLA UANG

Berbeda dengan hukuman, konsekuensi merupakan akibat dari suatu perbuatan, pilihan, dan keputusan. Melalui konsekuensi, anak dapat belajar dan bertumbuh karena paham akibat yang mereka timbulkan. Anak bisa belajar untuk memahami kesalahan, memperbaiki sikap, dan membuat keputusan yang lebih baik lagi di masa depan. Dengan menerapkan konsekuensi, hubungan orangtua dan anakpun juga harmonis karena tidak ada sosok yang jahat dan menyeramkan.

Konsekuensi itu dibagi menjadi 2, yaitu konsekuensi alamiah dan logis. Contoh konsekuensi alamiah yang bisa diterapkan misalnya, saat waktunya makan, anak tidak mau makan. Akhirnya nanti ia akan kelaparan sendiri dan harus menunggu jam makan berikutnya. Anak sulit tidur padahal hari sudah malam, konsekuensinya besoknya ia kesiangan jadi telat datang sekolah.

Sumber: Verywell Family

Sedangkan contoh konsekuensi logis adalah saat anak merusakkan mainan temannya. Ia harus meminta maaf dan berusaha memperbaiki mainan temannya itu, kalau tidak bisa, ia bisa dilatih untuk menabung demi mengganti mainan yang telah ia rusak. Atau saat anak main kerumah temannya, ia tantrum ketika disuruh pulang. Konsekuensinya, anak tidak boleh bermain kerumah temannya karena seringkali tantrum.

Pastikan anak SuperParents benar-benar mengerti logika akibat dari perbuatannya, karena hal ini sangat penting. Dibandingkan hukuman, Anda tidak perlu mengomel dan membentak anak karena konsekuensi sudah berbicara.

Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus 6:4)

Contasia Christie

Content Writer
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK