Siapa di sini yang pernah menerima sebuah pujian yang membuat happy, bangga bahkan bikin kita jadi lupa diri?

Entah mungkin itu sebuah pujian atas pencapaian, keberhasilan atau kebaikan yang kita lakukan. Tapi, pernah gak sih kita berpikir sebenarnya bagaimana ya cara atau sikap yang benar saat menerima pujian?

Di Alkitab, Yohanes Pembaptis adalah sosok teladan kerendahan hati yang sangat luar biasa. Bahkan, Yesus sendiri berkata bahwa di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan, tidak ada yang lebih besar dari Yohanes (Lukas 7:28).

Namun, meskipun dipuji seperti itu, Yohanes tetap rendah hati. Dia tahu bahwa tugasnya adalah mempersiapkan jalan bagi Yesus, bukan untuk mencari pengakuan bagi dirinya sendiri.

Apa yang bisa kita pelajari?

SuperParents, Yohanes mengajarkan kita untuk selalu mengarahkan hati kepada Tuhan. Ketika kita atau anak-anak kita menerima pujian, ingatlah bahwa segala kemampuan dan keberhasilan yang kita capai adalah pemberian Tuhan.

BACA JUGA: Mewariskan Teladan Kerendahan Hati

Contoh sederhana:

Bayangkan anak SuperParents memenangkan lomba menggambar di sekolah. Sebagai orang tua, wajar merasa bangga. Tapi di momen ini, ajarkan anak kita untuk tetap rendah hati. Kita bisa berkata, 'Ini semua berkat Tuhan yang memberikan kreativitas dan ide-ide yang bagus untuk menggambar. Jangan lupa bersyukur ya!'

Kerendahan hati membantu kita untuk tetap ingat bahwa semua yang kita punya adalah anugerah. Selain itu, sikap rendah hati juga membuat kita lebih bisa menghargai orang lain dan tidak merasa lebih hebat dari mereka.

Jadi, SuperParents, mari ajarkan anak-anak untuk merespons pujian dengan sikap yang benar. Jangan biarkan pujian membuat mereka lupa diri.

Sebaliknya, ajak mereka untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan dan mengingat bahwa keberhasilan itu adalah hasil kerja sama antara usaha mereka dan anugerah Tuhan.

'Segala kemuliaan hanya untuk Tuhan.'

Download PDF

Audreyline S. Candy

Penulis Konten

Share :