ARTICLE

Fri - Jul 20, 2018 / 3310 / Parenting

Ternyata PR Berdampak Buruk Lho untuk Perkembangan Anak, Tapi Kenapa Ya?

Walaupun sudah lama meninggalkan dunia sekolah, masih ingat banget tuh bagaimana rasanya ketika mendengar guru memberikan PR (pekerjaan rumah). Yang tadinya sudah semangat mau pulang dan berencana melakukan ini itu, eh jadi tertunda malah bisa gagal total.

Setelah PR dihapus bagi anak-anak yang bersekolah di Purwakarta pada 2016 lalu, kini giliran Blitar. Hal ini dilakukan karena PR mempunyai dampak yang negatif bagi anak, mereka kurang memiliki waktu untuk bermain dan bersosialisasi dengan masyarakat. Daripada memberikan anak PR, lebih baik menggantinya dengan tugas praktik dan aplikatif.

Baca juga: YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA MEMILIH ANTARA KELUARGA DAN PELAYANAN

Kenapa sih PR di beberapa tempat di Indonesia bahkan mancanegara dihapuskan? Ini ulasannya:

1. Terlalu banyak PR berdampak buruk bagi kesehatan anak.

Anak yang menghabiskan waktu 30 menit atau lebih setiap malamnya untuk mengerjakan PR, memiliki tingkat stres yang tinggi. Mereka kurang beristirahat dan hormon yang dikeluarkan saat stres bisa memicu nafsu makan yang berlebihan. Akhirnya anak bisa obesitas, sistem imun menurun, depresi dan kesehatannya tergannggu karena kurang istirahat.

Bahayanya jika anak sudah terlalu depresi karena mengejar nilai, mereka bisa putus asa dan bunuh diri. Haduh menyedihkan sekali kan. Oleh karena itu, diperlukan waktu bersama keluarga dan saling curhat tentang apa yang mereka alami disekolah, dibanding hanya mengerjakan PR.

Sumber: Okezone Lifestyle

2. PR tidak selalu meningkatkan prestasi anak lho!

Harris Cooper, seorang profesor pendidikan di Duke University, mengatakan jika cara terbaik untuk menyikapi seberapa banyak PR yang ideal untuk siswa, pada dasarnya sama seperti seseorang meminum obat. Jika mengonsumsi banyak obat maka akan memberikan efek bagi tubuh. Namun jika  mengonsumsi obat dalam jumlah yang tepat, maka akan merasa lebih baik.

Jadi menurut Cooper, banyak tidaknya PR yang dibebankan kepada siswa harusnya diukur dari kapasitas dan kemampuan siswa itu sendiri. Karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa “banyaknya PR yang dibebankan kepada siswa mampu meningkatkan prestasi anak” nyatanya tidak selalu benar.

 

3. PR membatasi waktu anak untuk menikmati masa kecil dan bersosialisasi.

Gara-gara kebanyakan PR dan les, anak jadi tidak memiliki waktu bermain dan berolahraga. Pulang sekolah, anak sudah diminta mandi lalu tidur sebentar. Setelah itu mengerjakan PR lalu makan. Tapi kalau PR belum selesai juga, malam anak dipaksakan menyelesaikan dan akhirnya jam tidur mereka berkurang.

Baca juga: BAHAYA! JANGAN TERAPKAN HELICOPTER PARENTING PADA ANAK KARENA INI AKIBATNYA

Padahal setelah pulang sekolah kan anak bisa belajar hal lain ketika bermain. Misalnya, praktik, bersosialisasi dengan teman-teman di sekitar rumah, punya quality time bersama keluarga, dan masih banyak lagi. Nggak mau kan hidup anak-anak kita dikontrol oleh pendidikan yang kaku?

Sumber: boldsky.com

Jadi kalau PR tiada, apa penggantinya?

Nah daripada sekolah memberikan anak PR, lebih baik sesuai dengan anjuran bapak presiden kita saja (Presiden Joko Widodo). Ia pernah lho mengajukan usulan kalau PR itu diganti dengan kegiatan sosial. Contohnya dengan menengok teman atau tetangga yang sakit, memberikan makan kepada warga yang miskin, dan mengikuti kerja baikti di daerah masing-masing.

Menurut Tirto.id, tujuan dari kegiatan-kegiatan sosial itu adalah untuk menumbuhkan sikap tenggang rasa, memupuk kerukunan di masyarakat, dan pengembangan karakter anak. Sedangkan Qualicare Ottawa mengatakan bahwa aktivitas sosial dapat membantu anak untuk belajar berinteraksi dengan orang lain dan membangun persahabatan. Nah jadi kamu setuju nggak kalau dihapus? (CC)

Sumber: dari berbagai sumber

KLIK SHARE TO FACEBOOK UNTUK BAGIKAN ARTIKEL INI.

Superbook Admin

Official Writer
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK