Ayat Renungan: 'Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa.' Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: 'Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik...' (Lukas 15:21-22)
Pernahkah kita merasa marah, kesal, kecewa karena orang terdekat melakukan kesalahan? Misalnya, pasangan lupa pada hal penting lalu malah menyalahkan kita ditambah ada kata-kata kasar yang diucapkan pasangan.
Kita sudah capek seharian, dan kejadian ini membuat emosi memuncak. Dalam momen seperti ini, ego kita mulai berbicara: 'Dia yang salah, kenapa aku harus mengerti?'
Atau bayangkan saat seorang teman membatalkan janji di menit terakhir. Kita merasa diabaikan dan langsung berpikir, 'Kalau dia benar-benar peduli, pasti dia nggak akan semudah itu membatalkan.' Ego kita mendorong untuk marah, menjauh, dan bahkan mungkin memutuskan hubungan.
Namun, kisah anak yang hilang mengajarkan hal berbeda. Sang ayah tidak menunggu anaknya memberikan penjelasan panjang atau membuktikan kesungguhan penyesalannya.
Ia langsung memeluk, memakaikan jubah terbaik, dan menerima anak itu kembali. Tanpa syarat.
BACA JUGA: Kasih Tanpa Syarat: Ketika Kita Belajar Mengampuni
Mengampuni orang lain memang sulit, apalagi jika hati kita terluka. Ego sering kali menjadi penghalang terbesar. Namun, apakah dengan mempertahankan ego, hubungan yang rusak akan membaik? Ataukah kita justru menambah jarak dan luka di antara kita?
Cobalah berhenti sejenak dan renungkan: apakah pasanganmu benar-benar bermaksud melukai hatimu? Apakah temanmu sengaja mengecewakanmu?
Kadang, orang membuat kesalahan bukan karena tidak peduli, tetapi karena mereka juga berjuang dengan masalah mereka sendiri.
Mengampuni berarti memilih untuk melihat lebih dalam dari sekadar kesalahan. Mengampuni adalah menyadari bahwa hubungan lebih berharga daripada rasa benar sendiri. Sama seperti Allah yang mengampuni kita tanpa syarat, kita juga dipanggil untuk mengampuni.
Saat emosi muncul, ambil waktu untuk menenangkan diri dan berpikir jernih.
Cobalah memahami alasan di balik kesalahan orang lain sebelum bereaksi.
Ungkapkan perasaan dengan lembut dan tenang, tanpa menyalahkan.
Fokus pada solusi, bukan kesalahan.
Hari ini, mari kita tanyakan pada diri sendiri: Apakah aku bersedia mengesampingkan ego demi memperbaiki hubungan? Karena terkadang, satu langkah kecil menuju pengampunan dapat membuka jalan bagi pemulihan dan kedamaian yang lebih besar dalam hidup kita.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK