Semakin anak tumbuh besar, semakin keingintahuan mereka juga bertambah. Tidak hanya itu saja, self-leadership mereka juga berkembang. Kadang kedua hal ini membuat orang tua jadi kewalahan mengatur anak-anak. Orang tua jadi punya pandangan bahwa anak kok makin sulit diatur ya, ngeyel, rewel, dan sering tantrum atau marah sampai ngamuk.
Waduh jangan pusing dulu ya Superparents! Yuk kita mulai amati serta kenali kondisi psikologis anak kita yang berusia 3-7 tahun, saat mereka mulai sering bertingkah ‘nakal’ dan menyebalkan.
Fisik anak yang semakin berkembang, mendorongnya untuk semakin tertarik mengamati lingkungan sekitarnya. Anak juga sering ingin menguji batas kemampuannya, sejauh apa yang bisa dia lakukan, dan apa sih akibat dari perbuatannya. Nah kadang perilaku inilah yang disalah-artikan oleh Superparents sebagai ‘kenakalan’ anak karena mereka jadi suka melempar, tantrum, mengamuk, berlarian kesana kemari, dan lainnya.
Baca juga : PENTING, AJARKAN ANAK 5 HAL INI AGAR KEHIDUPAN SPIRITUAL MEREKA BERTUMBUH!
Anak sudah mulai tahu bahwa masing-masing individu berbeda, maka itu ia mulai punya pemikiran dan sudut pandangnya sendiri. Pada fase ini, ia hanya melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, pemikirannyalah yang paling baik. Anak ingin seperti orang tuanya yang bisa melakukan ini dan itu. Tapi egosentris yang kuat ini tidak diiringi dengan perkembangan kognitif yang sempurna, sehingga ia belum bisa memikirkan orang lain.
Anak menganggap apa yang menurut dia baik dan menyenangkan akan terus dilakukannya, tanpa berpikir bahwa perilakunya ini berdampak merugikan orang. Jadi nggak heran ya, kalau superparents membatasi atau melarang anak, dia justru malah memberontak.
Superparents akan sering mendapatkan pertanyaan dari anak, “Kenapa?” saat menjelaskan sesuatu. Misalnya Superparents memintanya untuk mengerjakan PR. Anak langsung berpikir, “Aku capek, kenapa harus kerjain PR sih?” dan kasus-kasus lainnya.
Oleh karena itulah, Superparents harus bisa memahami masa-masa memberontak dalam tumbuh kembang anak. Hal ini wajar kok, tinggal bagaimana kita bisa menghadapi dan meresponnya. Berikut caranya :
Kalau kita membatasi mereka, maka anak tidak bisa berkembang dengan baik. Sebisa mungkin bebaskan mereka untuk mengamati dunianya, asal tidak membahayakan dirinya dan tetap Superparents pantau ya. Bersabarlah dengan sikap mereka, meskipun di mata Superparents kelihatannya seperti nakal.
Tentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak dengan jelas, tegas, harus konsisten! Pola pengasuhan yang konsisten ini harus dipraktikkan oleh pengasuh anak lainnya, bukan hanya ibu atau ayahnya saja. Mungkin kakek neneknya, atau baby sitter.
Baca juga : 7 CARA EFEKTIF MENGAJARKAN ANAK UNTUK HIDUP RUKUN BERSAMA KAKAK ATAU ADIKNYA
Hukuman fisik hanya akan efektif pada saat itu saja, tapi tidak untuk jangka panjang karena anak tidak paham kalau perilakunya tidak benar. Malahan hukuman fisik bisa membuat anak takut, tapi melakukan kesalahan lainnya yang lebih fatal, yaitu ‘berbohong’. Jika anak salah, Superparents berikan sorot mata tajam dan tegas saat mendisiplinkan anak. Katakan alasan salahnya perilaku anak dengan tepat dan tidak bertele-tele.
Superparents cukup jadi pendamping anak yang memberikan pendapat ataupun saran. Tidak perlu terlalu banyak mengatur hidup anak karena akan membuat mereka jadi tidak mandiri. Ajaklah anak berdiskusi tentang jadwal harian mereka.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK