'Harus keras supaya anaknya paham dunia ini juga keras, biar anak tahan banting nantinya jadi harus dimarahin, dunia lebih kejam, biar lebih baik dan termotivasi makanya dibandingin sama anak tetangga..'. SuperParents sadar gak kalau sikap kita sebagai orang tua yang seperti ini bisa membuat anak merasa tertekan dan takut.
Siapa sih yang nggak pernah marah? Tapi, kalau kita terlalu sering marah-marah ke anak, apalagi tanpa alasan yang jelas atau marah karena kesalahan kecil, mereka bisa jadi takut. Apalagi kalau kita langsung marah-marah dan berbicara dengan nada tinggi. Misalnya, karena capek setelah pulang kerja, SuperParents jadi gampang tersinggung dan langsung membentak anak hanya karena mereka berisik. Padahal, mungkin mereka cuma ingin bermain atau menceritakan hal seru yang terjadi di sekolah. Coba deh, sebelum marah, tarik napas dalam-dalam dan pikirkan lagi, apakah benar perlu marah?
Kadang, dalam kondisi kesal atau lelah, kita bisa mengucapkan kata-kata ancaman seperti, 'Kalau kamu nggak berhenti, Mama/Papa bakal...' atau bahkan menggunakan kekerasan fisik. Ini bisa sangat menakutkan bagi anak dan membuat mereka merasa tidak aman di rumah. Anak-anak yang tumbuh dengan ancaman atau kekerasan cenderung mengalami tekanan emosional yang besar. Yuk, kita coba kontrol emosi dan gunakan pendekatan yang lebih lembut dalam mendidik mereka.
BACA JUGA: 5 Tips Mempererat Hubungan Suami Istri Agar Keluarga Makin Harmonis
Banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dan lupa untuk memberi apresiasi kepada anak-anak mereka. Ketika mereka membawa pulang nilai bagus atau membantu di rumah, kita malah cuek atau hanya menganggapnya biasa saja. Padahal, anak-anak butuh pengakuan dan penghargaan untuk hal-hal baik yang mereka lakukan, sekecil apa pun itu. Cobalah lebih sering mengucapkan terima kasih atau memberi pujian sederhana agar anak merasa dihargai dan termotivasi.
Kadang-kadang, tanpa sadar kita membuat anak merasa bersalah atas sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahan mereka. Misalnya, ketika kita bilang, 'Mama/Papa jadi sedih karena kamu nakal.' Hal ini bisa membuat anak merasa bertanggung jawab atas perasaan kita, yang sebenarnya bukan tanggung jawab mereka. Sebaiknya, coba berkomunikasi dengan cara yang lebih positif, misalnya, 'Mama/Papa lebih suka kalau kamu bisa lebih tenang, ya.'
Tanpa sadar, banyak orang tua yang suka membandingkan anak mereka dengan anak lain. Misalnya, 'Lihat tuh si A, dia pintar sekali. Kamu harus bisa seperti dia!' Pernyataan seperti ini bisa membuat anak merasa tidak cukup baik dan minder. Setiap anak unik dan punya kelebihannya masing-masing. Daripada membandingkan, lebih baik kita menghargai apa yang mereka capai dan dorong mereka untuk berkembang sesuai kemampuan mereka.
BACA JUGA: 5 Aturan Wajib yang Harus Ada di Rumah: Jangan Lupa Dicatat Ya Parents!
Anak-anak punya banyak cerita dan perasaan yang ingin mereka bagikan. Tapi, kalau kita selalu sibuk dengan gadget atau pekerjaan, mereka bisa merasa diabaikan. Mendengarkan anak bukan hanya tentang mendengar kata-kata mereka, tapi juga memberikan perhatian penuh. Luangkan waktu sejenak untuk mendengarkan mereka, tanpa gangguan. Ini bisa membuat anak merasa lebih dihargai dan dicintai.
Kita sering kali memberi perintah kepada anak tanpa memberikan penjelasan. Misalnya, 'Cepat tidur sekarang!' atau 'Jangan main di sana!' Tanpa penjelasan yang jelas, anak-anak mungkin tidak memahami alasan di balik perintah kita dan merasa bingung atau takut. Cobalah untuk memberikan penjelasan yang sederhana, seperti, 'Kamu harus tidur sekarang supaya besok tidak mengantuk di sekolah,' atau 'Jangan main di sana karena berbahaya.'
SuperParents, sikap kita sehari-hari punya dampak besar pada perkembangan emosi anak. Mari kita lebih sadar dan berusaha menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman bagi mereka dengan menghindari sikap-sikap yang bisa membuat mereka merasa takut dan tertekan. Yuk, sama-sama belajar untuk jadi orang tua yang lebih baik, demi masa depan anak-anak kita!
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK