Pada tahun 2017 ini, banyak daerah yang dianggap rawan terkena wabah penyakit difteri sehingga ditetapkannya status KLB (Kejadian Luar Biasa) Difteri. Wabah ini dimulai tahun 2016 lalu di Purwakarta, dan kemungkinan di tahun depan, penyakit ini masih mengintai masyarakat Indonesia. Pertanyaannya, apakah anak SuperParents sudah mendapatkan imunisasi DPT yang dapat mencegah penyakit ini?
Difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium dipthteriae yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. Gejala yang ditimbulkan seperti terkena flu, yaitu sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, lemas, Selaput tebal dan abu-abu menutupi tenggorokan serta amandel, Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, Sulit bernapas atau bernapas sangat cepat, dan menggigil.
Difteri termasuk salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan imunisasi terhadap difteri termasuk ke dalam program imunisasi wajib pemerintah Indonesia. Imunisasi difteri yang dikombinasikan dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus ini disebut dengan imunisasi DTP. Sebelum usia 1 tahun, anak diwajibkan mendapat 3 kali imunisasi DTP.
Bakteri difteri akan menghasilkan racun yang membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga selnya menjadi mati. Racun ini berpotensi menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf. Terkadang penderita difteri tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun.
Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.
Antibiotik akan diberikan untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri. Sebagian besar penderita dapat keluar dari ruang isolasi setelah mengonsumsi antibiotik selama 2 hari. Tetapi sangat penting bagi mereka untuk tetap menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter, yaitu selama 2 minggu.
Penderita kemudian akan menjalani pemeriksaan laboratorium untuk melihat ada tidaknya bakteri difteri dalam aliran darah. Jika bakteri difteri masih ditemukan dalam tubuh pasien, dokter akan melanjutkan penggunaan antibiotik selama 10 hari.
Sementara itu, pemberian antitoksin berfungsi untuk menetralisasi toksin atau racun difteri yang menyebar dalam tubuh. Sebelum memberikan antitoksin, dokter akan mengecek apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tersebut atau tidak. Apabila terjadi reaksi alergi, dokter akan memberikan antitoksin dengan dosis rendah dan perlahan-lahan meningkatkannya sambil melihat perkembangan kondisi pasien.
Bagi penderita yang mengalami kesulitan bernapas karena hambatan membran abu-abu dalam tenggorokan, dokter akan menganjurkan proses pengangkatan membran. Sedangkan penderita difteri dengan gejala ulkus pada kulit dianjurkan untuk membersihkan bisul dengan sabun dan air secara seksama.
Selain penderita, orang-orang yang berada di dekatnya juga disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter karena penyakit ini sangat mudah menular. Misalnya, keluarga yang tinggal serumah atau petugas medis yang menangani pasien difteri.
Dokter akan menyarankan mereka untuk menjalani tes dan memberikan antibiotik. Terkadang vaksin difteri juga kembali diberikan jika dibutuhkan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan proteksi terhadap penyakit ini.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu sebaiknya SuperParents ayo lengkapi imunisasi anak agar mereka terbebas dari penyakit ini. Hiduplah dengan sehat dan jaga tubuh juga ya.
Baca juga:
INILAH AYAT PEDOMAN PARA PASANGAN KRISTEN
KAMU SEDANG ADA MASALAH? DENGARKAN LAGU ROHANI INI YUK SUPAYA KUAT DAN MAMPU
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK