Apakah mengasihi itu hanya mudah di awal?

Tapi bagaimana saat kita disalahpahami, ditolak, atau dilukai oleh orang yang justru ingin kita layani? Di situlah iman teruji: kasih tidak berhenti hanya karena hati disakiti.

“Segala sesuatu ditanggungnya, segala sesuatu dipercayainya, segala sesuatu diharapkannya, segala sesuatu ditekannya.”
— 1 Korintus 13:7

Bagaimana ketika kasih yang kita beri tidak disambut baik?

Paulus mengasihi jemaat yang ia layani. Ia menegur, mengajar, dan selalu mendoakan mereka. Tapi apa yang terjadi? Ada yang salah paham tentang dia. Ada yang meremehkannya.

Jujur… kalau kita di posisi Paulus mungkin kita akan berpikir:

“Kenapa sih aku yang sudah berusaha baik, malah dianggap salah?”

Pernah juga begitu? Sudah jujur, tapi dibilang bohong. Sudah sabar, malah dibilang nggak peduli. Sudah mengasihi, tapi seolah tidak cukup. kamu pernah merasakan itu… kamu tidak sendirian

Paulus tetap mengasihi jemaat, walaupun mereka belum sepenuhnya mengerti hatinya. Ia memilih untuk tetap hadir.

BACA JUGA :Hosea, Tokoh Alkitab dengan Kasih Tak Berbatas

Karena Kasih itu,

Bukan menunggu orang lain berubah dulu,tapi tetap memberi ruang bagi Tuhan untuk bekerja. Kasih bukan soal siapa yang benar lebih dulu, tapi siapa yang memilih tetap stay dan tidak pergi. Kekuatan kita bukan dari diri kita. Kalau mengasihi harus pakai kekuatan sendiri… ya kita pasti cepat habis. Kasih Paulus bertahan karena Roh Kudus menguatkan. Begitu juga kita.

Mengasihi tidak pernah menjanjikan perjalanan yang mulus. Ada kalanya kita merasa rendah, lelah, bahkan ingin mundur. Namun di setiap langkah kecil kita untuk tetap hadir, tetap sabar, dan tetap berharap Tuhan sedang bekerja. Ia menolong kita mengasihi lebih dalam dari yang kita mampu. Jadi hari ini, mari kita pilih untuk melangkah lagi. Satu langkah kecil dalam kasih bisa menjadi awal dari perubahan besar yang Tuhan sedang siapkan

Download PDF

Miranda Rachel

Penulis Konten

Share :