DARURAT! Di zaman sekarang, kecerdasan buatan atau AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. AI bisa membantu mereka belajar, bermain, dan bahkan berkomunikasi. Namun teknologi ini juga bisa memengaruhi cara berpikir dan perilaku anak secara negatif. Lalu bagaimana seharusnya cara orangtua dan gereja menghadapi hal ini untuk menyelamatkan generasi anak agar mereka memiliki dasar iman yang kuat di tengah dunia yang terus berubah? Hal utama yang bisa dilakukan orangtua dan gereja untuk membentengi anak-anak dari pengaruh menyimpang adalah pemuridan.
AI dalam aplikasi dan media sosial sering menyajikan konten sesuai dengan minat penggunanya. Namun, ini bisa membuat anak terpapar hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Firman Tuhan, seperti kekerasan, pornografi, juga konten yang menyimpang seperti LGBT, atau materialisme. Maka dari itu, pemuridan sangat perlu untuK dilakukan untuk menjadi benteng bagi anak-anak dari pengaruh negatif dan penyimpangan ini. Dengan melakukan pemuridan, gereja dan orangtua dapat memberikan anak-anak panduan rohani untuk memahami apa yang benar dan salah, serta melindungi mereka dari konten serta ideologi yang merusak moral.
Teknologi AI bisa memberikan jawaban cepat, tapi tidak semua jawaban berdasarkan hikmat atau nilai-nilai Alkitab. Orangtua dan gereja perlu mengajarkan anak bijaksana dalam menggunakan teknologi. Mereka harus tahu bahwa meskipun teknologi bermanfaat dan bisa memberikan mereka kemudahan, mereka tetap harus mencari hikmat dari Tuhan dalam membuat keputusan.
BACA JUGA: Hindari 7 Kebiasaan Ini! Karena Dapat Menumbuhkan Perilaku Bullying
Salah satu kekhawatiran terbesar dari teknologi AI adalah bahwa ia dapat menggantikan interaksi manusia dengan interaksi virtual. Anak-anak yang terlalu sering terpapar AI dan teknologi cenderung kehilangan kemampuan untuk menjalin hubungan yang sehat dengan sesama, dan lebih parah lagi, dengan Tuhan. Gereja dan orangtua harus segera memuridkan anak-anak agar mereka tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi lebih mengutamakan hubungan yang nyata dengan Tuhan dan keluarga.
AI bekerja berdasarkan data dan algoritma, AI tidak memiliki moralitas dan etika. Jika dibiarkan tanpa pengawasan, AI dapat membentuk pola pikir anak yang hanya didasarkan pada logika duniawi dan pragmatisme, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai rohani dan moralitas Kristen. Pemuridan memastikan anak-anak tumbuh dengan nilai-nilai yang benar, berakar pada Firman Tuhan, dan tidak terbawa arus tren atau pengaruh buruk dari dunia teknologi.
Pemuridan tidak hanya tentang mengajarkan anak-anak untuk menghindari pengaruh buruk, tetapi juga membekali mereka menjadi pengikut Kristus yang sejati. Gereja dan orangtua harus memberikan dasar iman yang kuat agar anak-anak dapat menjalani hidup mereka dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk memuliakan Tuhan. AI mungkin bisa memberikan banyak informasi dan kenyamanan, tetapi hanya pemuridan yang dapat membentuk anak-anak menjadi murid Kristus yang berkarakter dan berdampak bagi dunia.
BACA JUGA: 6 Cara Ajarkan Respek untuk Mencegah Perilaku Bullying
Orangtua harus menjadi teladan dalam kehidupan iman anak. Ajaklah anak untuk berdoa, membaca Alkitab, dan mendiskusikan nilai-nilai Kristen secara rutin. Berikan waktu untuk mengeksplorasi ajaran Tuhan bersama-sama dan pastikan anak memahami pentingnya memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan.
Aturlah waktu penggunaan teknologi dan ajarkan anak-anak untuk bijak dalam memanfaatkan AI. Beri pemahaman bahwa meskipun teknologi bisa membantu, mereka tetap harus mengandalkan Tuhan sebagai sumber hikmat dan kebenaran.
Gereja harus mendukung orangtua dalam pemuridan anak-anak. Program pemuridan yang relevan dan menarik harus disediakan bagi orang tua dan anak-anak, agar mereka terlibat aktif dalam kehidupan gereja dan bertumbuh dalam iman.
Pengaruh AI dalam kehidupan anak-anak tidak bisa dihindari, tetapi kita bisa memastikan bahwa pengaruh tersebut tidak menggantikan nilai-nilai iman dan kebenaran yang kita ajarkan. Pemuridan sangat penting agar anak-anak kita tidak kehilangan arah dan tetap teguh dalam iman kepada Tuhan.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK