Bullying adalah perilaku yang menyakiti orang lain, baik secara fisik atau emosional, dan ini bisa dimulai dari hal-hal kecil yang sering tidak disadari oleh orang tua maupun anak-anak. Beberapa kebiasaan sehari-hari, jika dibiarkan, dapat menumbuhkan sikap bullying pada anak. Penting bagi kita untuk mengenali kebiasaan-kebiasaan ini agar dapat dicegah sejak dini.
Berikut beberapa kebiasaan yang dapat menumbuhkan perilaku bullying, yang perlu disadari dan dihindari oleh orang tua dan anak-anak:
Mengejek atau menghina teman sering kali dianggap sebagai lelucon atau bercanda. Namun, jika tidak dihentikan, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi perilaku bullying. Orang tua perlu mengajarkan anak-anak bahwa mengejek orang lain, baik karena penampilan, cara bicara, atau kebiasaan, adalah perilaku yang tidak baik. Penting untuk menanamkan pada anak bahwa setiap orang memiliki keunikan dan perbedaan yang harus dihargai.
BACA JUGA: 6 Cara Ajarkan Respek untuk Mencegah Perilaku Bullying
Anak-anak perlu diajarkan untuk selalu peduli dan menghargai perasaan orang lain. Ketika anak sering kali mengabaikan perasaan temannya atau tidak peduli saat temannya sedih, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang kurang empati. SuperParents harus mengajarkan anak-anak untuk memahami dan merespon perasaan orang lain dengan baik, serta untuk tidak menganggap enteng ketika ada temannya yang sedang dalam masalah atau kesulitan.
Mengajarkan anak untuk berprestasi itu penting, tetapi jika anak hanya diajarkan untuk selalu menjadi yang terbaik tanpa memperhatikan orang lain, mereka bisa tumbuh menjadi egois. Ajari anak untuk bekerja sama dan berbagi dengan teman-temannya, bukan hanya fokus untuk menang atau menjadi nomor satu.
Di era digital ini, teknologi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Namun, kurangnya pengawasan dalam penggunaan teknologi bisa menjadi salah satu penyebab munculnya perilaku bullying, khususnya cyberbullying. SuperParents perlu memantau aktivitas anak di media sosial dan mengajarkan mereka etika dalam berkomunikasi secara online. Pastikan anak-anak tahu bahwa tindakan menyebarkan gosip, menghina, atau mengejek orang lain di media sosial juga merupakan bentuk bullying.
Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika mereka sering melihat SuperParents atau orang dewasa di sekitar mereka berbicara kasar, tidak sopan, atau memperlakukan orang lain dengan buruk, mereka cenderung meniru perilaku tersebut. Oleh karena itu, SuperParents harus menjadi teladan yang baik dalam hal berbicara dan bertindak. Tunjukkan sikap hormat dan sopan kepada semua orang, dan ajarkan anak-anak untuk melakukan hal yang sama.
BACA JUGA: Mengenali Tanda Anak Mengalami Bully dan Tindakan yang Perlu Dilakukan Orang Tua
Memberikan kebebasan kepada anak untuk mengambil keputusan memang penting, namun SuperParents tetap perlu memberikan bimbingan agar anak memahami konsekuensi dari setiap tindakannya. Jika anak dibiarkan mengambil keputusan yang bisa menyakiti orang lain tanpa ada konsekuensi, mereka bisa menganggap bahwa perilaku tersebut adalah hal yang normal. Arahkan anak untuk selalu memikirkan dampak dari keputusan mereka terhadap orang lain.
Seringkali, bullying terjadi karena kurangnya pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan. Anak-anak perlu diajarkan bahwa perbedaan dalam fisik, agama, ras, budaya, atau kemampuan adalah hal yang wajar dan harus dihargai. Pendidikan tentang perbedaan dan toleransi sejak dini akan membantu anak untuk tumbuh menjadi individu yang menghargai dan menerima keberagaman.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK