Kasus KDRT yang belum lama ini viral di media sosial yang melibatkan orang tua hingga seorang bayi menghebohkan dunia maya. Diketahui bahwa selebgram yang menjadi korban KDRT dari sang suami tersebut memiliki tiga orang anak. Bisa kita bayangkan bagaimana kondisi mental mereka menjadi saksi KDRT yang terjadi antara kedua orang tuanya?
Melihat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah salah satu pengalaman paling menakutkan dan traumatis bagi seorang anak. Ketika anak menjadi saksi kekerasan antara kedua orang tuanya, mereka bukan cuma melihat pertengkaran fisik, tetapi juga merasakan ketakutan, kebingungan, dan perasaan tidak aman yang mendalam. Trauma ini bisa berdampak jangka panjang, mempengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka. Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu anak pulih dari trauma:
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan anak merasa aman. Ciptakan lingkungan yang tenang dan penuh kasih, jauhkan mereka dari segala bentuk kekerasan, dan pastikan mereka merasa dicintai dan dihargai.
Anak mungkin merasa bingung dan takut dengan apa yang mereka saksikan. Jangan biarkan mereka menafsirkan kejadian tersebut sendiri. Ajak mereka berbicara tentang apa yang mereka lihat dan rasakan. Gunakan bahasa yang sederhana dan sesuai usia mereka. Berikan penjelasan bahwa apa yang terjadi bukanlah kesalahan mereka, dan mereka gak bertanggung jawab atas perilaku orang dewasa.
BACA JUGA: Waspadai Dampak Negatif Bagi Anak Yang Menjadi Saksi KDRT
Biarkan anak mengungkapkan perasaan mereka tanpa takut dihakimi. Dengarkan dengan penuh perhatian dan validasi perasaan mereka, apakah itu ketakutan, kemarahan, atau kesedihan. Pastikan mereka tahu bahwa perasaan mereka adalah wajar dan diterima.
Anak-anak yang mengalami trauma sering kali merasa cemas dan tegang. Ajarkan teknik-teknik sederhana untuk membantu mereka menenangkan diri, seperti menarik napas dalam-dalam, menghitung mundur, atau melakukan aktivitas yang mereka sukai. Ini akan membantu mereka mengelola stres dan kecemasan dengan lebih baik.
Jika anak menunjukkan tanda-tanda trauma yang mendalam, seperti mimpi buruk, perilaku agresif, atau menarik diri dari orang lain, penting untuk mencari bantuan dari psikolog anak atau terapis. Profesional dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu anak memproses dan mengatasi trauma mereka.
Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa dan memperbaiki dampak yang sudah terjadi, SuperParents perlu bekerja sama untuk membangun hubungan yang lebih harmonis. Pertengkaran dan kekerasan harus dihentikan sepenuhnya, usahakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan jangan biarkan anak-anak terlibat dalam pertengkaran orang tua.
Libatkan anak dalam aktivitas yang menyenangkan dan positif untuk membantu mereka mengalihkan perhatian dari trauma yang dialami. Ini bisa berupa bermain di luar ruangan, berkegiatan seni, jalan-jalan atau olahraga. Aktivitas-aktivitas ini juga dapat membantu memperkuat ikatan antara SuperParents dan anak.
BACA JUGA: 9 Cara Dampingi Anak Yang Jadi Korban Kekerasan Seksual
Selain membantu anak pulih, SuperParents juga bisa mengajarkan nilai-nilai penting seperti kasih dan pengampunan. Ajak anak untuk melihat bahwa meskipun ada kesalahan yang terjadi, kasih dan pengampunan bisa membantu menyembuhkan luka.
Mazmur 147:3 mengatakan, 'Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.'
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu siap menyembuhkan luka hati dan memberikan kekuatan untuk pulih. Dalam masa pemulihan ini, penting untuk mengandalkan Tuhan dan percaya bahwa Dia akan memulihkan hati dan jiwa anak kita.
Memulihkan trauma anak yang menjadi saksi KDRT membutuhkan waktu, kesabaran, dan kasih sayang. Sebagai orang tua, SuperParents memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan anak kita pulih dari trauma akibat pengalaman buruk ini dan tumbuh menjadi individu yang sehat secara psikis, mental dan emosional. SuperParents, yuk bantu anak-anak melewati masa sulit ini dan menemukan kembali rasa aman dan bahagia dalam hidup mereka.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK