Bayangkan hati seorang anak seperti taman kecil yang sedang tumbuh. Setiap kata yang kita ucapkan adalah benih yang ditanam. Saat kita terlalu sering menyalahkan, benih itu berubah menjadi gulma yang menutupi bunga-bunga indah. Alih-alih berkembang dengan penuh percaya diri, taman itu menjadi kusam, penuh duri, dan kehilangan keindahannya.
SuperParents, pernahkah terpikir apa yang terjadi di hati anak saat mereka terlalu sering disalahkan? Misalnya disalahkan karena piring yang jatuh, PR yang terlupa, atau tumpukan mainan yang berantakan?
Mungkin bagi kita, itu hanyalah teguran sederhana. Tapi, tahukah kita apa yang terjadi di hati anak-anak kita saat mereka terlalu sering disalahkan?
Ketika anak sering disalahkan, mereka mulai merasa tidak cukup baik. Mereka mungkin takut mencoba hal baru karena khawatir akan membuat kesalahan lagi. Lambat laun, kepercayaan diri mereka terkikis, dan mereka lebih memilih untuk diam daripada mencoba sesuatu yang berisiko dikritik.
Anak yang sering disalahkan bisa merasa bahwa dirinya tidak berarti, tidak layak dihargai dan dicintai. Mereka mungkin berpikir, “Apapun yang aku lakukan, pasti salah.” Perasaan ini bisa tertanam dalam, membentuk pola pikir negatif tentang diri mereka hingga dewasa.
SuperParents, hubungan kita dengan anak adalah pondasi utama bagi masa depan mereka. Tapi jika anak merasa hanya menerima kritik tanpa apresiasi, jarak emosional bisa muncul. Anak-anak akan menarik diri atau bahkan menjadi pemberontak sebagai bentuk perlawanan terhadap rasa tidak adil.
BACA JUGA: 5 Manfaat Bagi Anak Jika Parents Berani Mengakui Kesalahan
Bukannya tidak boleh menegur anak. Tetapi, alangkah baiknya jika kita juga memberi mereka apresiasi atas hal-hal yang mereka lakukan dengan baik. Alih-alih menyalahkan, kita bisa mengganti kritik dengan pertanyaan yang membangun, seperti:
“Apa yang bisa kita perbaiki bersama?”
“Bagaimana cara kita bisa menyelesaikan masalah ini?”
Cobalah untuk menyeimbangkan teguran dengan pujian. Jika anak salah, bantu mereka memahami kesalahan tanpa membuat mereka merasa direndahkan. Jadilah pendukung terbesar mereka, bukan hakim yang hanya mencari kesalahan.
SuperParents, anak-anak adalah cerminan kasih kita. Jika kita terlalu sering menyoroti kesalahan mereka, kita mungkin tanpa sadar menanamkan luka yang akan mereka bawa hingga dewasa. Tapi kabar baiknya, setiap hari adalah kesempatan baru untuk berubah.
Mulai sekarang, mari pilih untuk menjadi orang tua yang lebih penuh kasih, yang memahami bahwa anak-anak tidak membutuhkan kesempurnaan kita. Mereka hanya butuh cinta, apresiasi, dan dukungan. Dengan begitu, kita tidak hanya membangun anak-anak yang kuat, tetapi juga menjaga hati mereka tetap utuh dan penuh cinta.
Hati anak bagaikan sebuah ladang subur yang menanti perhatian kita. Saat kita memilih untuk menanam benih cinta dan pengertian, taman itu akan tumbuh menjadi tempat yang penuh keindahan dan kehangatan. Jadi, mari mulai hari ini, kita berkomitmen untuk menjaga taman hati anak-anak kita agar tetap subur dan indah.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK