Media masa, film, dan internet kini mudah sekali mempengaruhi anak-anak. Mereka jadi mudah ikut arus yang sedang trend. Salah satu yang mempengaruhi mereka adalah kekerasan. Tidak hanya itu, anak-anak juga menyaksikan kekerasan yang ada di lingkungan sekitarnya, seperti sekolah.
Beberapa minggu lalu film Maze Runner tayang di bioskop. Banyak orang yang penasaran kelanjutan dari film ini, tak terkecuali keluarga muda. Saya saat itu melihat ada 2 pasangan muda membawa anaknya yang masih balita menonton film ini bersama.
Film ini banyak sekali adegan kekerasannya, suaranyapun lumayan kencang, dan memang film ini tidak diperuntukkan bagi anak-anak. Bagaimana bisa pasangan-pasangan tersebut dengan entengnya membawa anak mereka menonton film ini bersama? Apakah tidak mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut?
Menurut buku Violence and Mental Health in Everyday Life, sebanyak 13 sampai 45 persen siswa SMA pernah mengalami kekerasan di sekolah. 23 hingga 82 persen diantaranya pernah menyaksikan orang lain dipukul di sekolah. Anak-anak yang terekspos pada kekerasan, baik itu sebagai saksi maupun menjadi korban, cenderung lebih mudah mengalami depresi, kemarahan, dan kepanikan.
Anak yang menjadi korban atau saksi kekerasan akan menjadi lebih agresif dan mengalami stres pasca trauma. Maksud menjadi saksi disini adalah melihat kejadian di depan mata dan menyaksikan kekerasan di media. Hal ini dapat membuat perilaku mereka kedepannya menjadi bermasalah.
Sementara remaja yang sering melihat kekerasan secara langsung, akan lebih mudah marah dan depresi. Mereka juga memiliki keinginan untuk membunuh atau menyakiti diri sendiri yang lebih tinggi. Dampak negatif lainnya cukup banyak, seperti mereka memiliki tingkat empati dan kasih sayang yang rendah kepada orang lain. Mereka cenderung menganggap kalau dunia ini menyeramkan dan penuh dengan kejahatan.
Inilah yang perlu orang tua perhatikan sedari dini. Anak-anak yang masih kecil belum bisa membedakan dengan baik mana yang nyata dan mana yang fiksi. Oleh karena itu, peranan orang tua sangat dibutuhkan. Orangtua diharapkan bisa mengawasi dan bisa memberikan dukungan pada anak-anak mereka, terutama mereka yang pernah menjadi saksi atau mengalami kekerasan.
Anak yang sudah beranjak remaja bukan berarti pengawasannya jadi lebih rendah, tetapi karena remaja lebih mudah mendapatkan obat-obatan dan alkohol, maka mereka harus mendapatkan perhatian lebih. Penting bagi orangtua untuk membuka diskusi dengan anak-anaknya dan membantu mereka mengendalikan emosi di masa-masa pencarian jati diri.
Baca juga:
DUKUNG PERTUMBUHAN KARAKTER KRISTEN ANAK SEDARI SEKARANG
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK