“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
— Amsal 22:6 (TB)

SuperParents, kadang anak membuat kita jengkel. Ulangi kesalahan yang sama, tidak mendengarkan nasihat, atau melawan. Saat lelah, tekanan itu bisa meledak jadi kemarahan. Tapi di momen seperti itulah, kita diingatkan: disiplin bukan soal melampiaskan emosi, tapi soal membentuk karakter anak.

Tuhan sendiri tidak pernah mendidik kita dengan marah yang membabi buta. Dia tegas, tapi penuh kasih. Ia sabar, memberi ruang bagi pertumbuhan kita. Maka sebagai orangtua, kita juga dipanggil untuk meniru kasih itu dalam bentuk disiplin yang membangun, bukan melukai.

Disiplin dengan kasih artinya:

- Kita memikirkan tujuan dari teguran, bukan sekadar meluapkan emosi.

- Kita mengutamakan hubungan, bukan hanya ketaatan.

- Kita memilih kata-kata yang mengarahkan, bukan menyudutkan.

Anak-anak bukan hanya butuh tahu apa yang salah, tapi juga siapa yang selalu mengasihi mereka, bahkan saat mereka salah. Dan siapa lagi kalau bukan kita, orangtuanya?

Mendisiplin dengan kasih memang butuh tenaga ekstra.

Kadang harus tarik napas dulu sebelum bicara. Kadang perlu jeda sebelum menegur. Tapi justru di situlah pembentukan diri kita juga terjadi. Karena parenting bukan soal punya kendali penuh, tapi belajar berserah penuh.

Hari ini, kalau kamu merasa gagal atau terlanjur marah Tuhan tetap bersamamu. Kamu masih bisa minta maaf ke anak, dan memulai ulang. Karena setiap momen adalah kesempatan untuk memperlihatkan kasih-Nya, bahkan lewat disiplin.

Ibrani 12:11 (TB)
“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan suka cita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”

Download PDF

Miranda Rachel

Penulis Konten

Share :