ARTICLE

Thu - Dec 11, 2025 / 3 / Parenting

Banyak Anak yang Menjalani Mimpi Orangtuanya, Bukan Mimpinya Sendiri

Tidak sedikit anak yang terlihat berprestasi, patuh, dan membanggakan. Mereka mengikuti les, mengejar nilai terbaik, dan memenuhi ekspektasi orangtuanya. Namun di balik semua itu, ada pertanyaan yang jarang diajukan dengan jujur: apakah anak ini sedang menghidupi mimpinya sendiri, atau mimpi orangtuanya?

Kisah Daud dan Saul dalam Alkitab memberi kita cermin yang sangat relevan untuk dunia parenting hari ini. Dua tokoh ini sama-sama dipilih Tuhan, sama-sama dipakai secara luar biasa, namun bertumbuh dengan arah hati yang sangat berbeda.


Saul: Hidup untuk Mempertahankan Harapan dan Citra

Saul dipilih menjadi raja pertama Israel. Ia memulai dengan baik, namun perlahan hidupnya dikuasai oleh ketakutan: takut kehilangan posisi, takut kalah, dan takut tidak lagi dihargai. Ketika Daud mulai dipuji, Saul tidak lagi melihat karya Tuhan, melainkan ancaman terhadap dirinya.

Saul akhirnya hidup untuk mempertahankan apa yang ia anggap sebagai “miliknya”. Ia mengejar pengakuan, bukan ketaatan. Ia memimpin bukan dari hati yang aman, melainkan dari kecemasan yang terus ditekan.

Dalam konteks parenting, ini menggambarkan orang dewasa yang tanpa sadar menumpangkan mimpi, harapan, dan bahkan luka masa lalunya kepada anak. Bukan karena niat jahat, tetapi karena keinginan agar anak “berhasil” dan tidak gagal seperti dirinya.


Daud: Bertumbuh dalam Proses yang Aman

Berbeda dengan Saul, Daud tidak tumbuh dalam ambisi mengejar tahta. Ia setia menggembalakan domba, melayani dengan musik, dan taat dalam hal-hal kecil. Daud tidak hidup untuk membuktikan dirinya, melainkan untuk setia pada panggilan yang Tuhan taruh di hidupnya.

Rasa aman inilah yang membuat Daud berani menghadapi Goliat. Ia tidak bergerak karena tekanan, tetapi karena keyakinan. Identitasnya tidak ditentukan oleh sorak-sorai manusia, melainkan oleh hubungannya dengan Tuhan.

Anak-anak yang diberi ruang untuk mengenal dirinya, didengar perasaannya, dan diterima apa adanya, cenderung bertumbuh seperti Daud. Mereka berani bermimpi, bukan karena tuntutan, tetapi karena kepercayaan diri yang sehat.


BACA JUGA : Yusuf Sebenarnya Punya Power untuk Balas, Tapi Dia Pilih Mengampuni!


Ketika Anak Menjalani Mimpi Orangtua

Banyak anak tidak secara eksplisit dipaksa. Namun harapan yang terus diulang, perbandingan yang halus, dan pujian yang hanya muncul saat berprestasi, perlahan membentuk pesan yang kuat: *aku berharga kalau aku berhasil.*

Anak akhirnya belajar menyesuaikan diri. Mereka patuh, rajin, dan terlihat “baik-baik saja”, tetapi kehilangan suara hatinya sendiri. Mereka menjalani mimpi orangtua, bukan karena ingin, melainkan karena takut mengecewakan.

Seperti Saul, hidup mereka bisa terlihat berhasil di luar, namun penuh tekanan di dalam. 

Miranda Rachel

Penulis Konten
Share :

Tags :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK