Thu - Mar 13, 2025 / 47 / Daily Devotional

Atasi Rasa Marah dengan Doa

Ayat Renungan: Bilangan 11:2 – “Lalu berserulah bangsa itu kepada Musa, dan Musa berdoa kepada TUHAN; maka padamlah api itu.”

Apa sih alasan SuperParents marah? Mungkin karena anak terus membantah, pasangan kurang memahami perasaan kita, pekerjaan yang begitu menekan, atau mungkin berbagai alasan lain yang memicu kita untuk marah.

Amarah adalah emosi yang wajar, tetapi bagaimana kita meresponsnya menentukan apakah kemarahan itu membawa kebaikan atau justru menghancurkan. Mari kita belajar dari kisah Musa.

Musa, pemimpin besar Israel, menghadapi bangsa yang keras kepala dan selalu mengeluh. Mereka tidak puas, bersungut-sungut, bahkan menantang Tuhan.

Jika berada di posisi Musa, mungkin kita akan merasa putus asa dan ingin menyerah. Namun, alih-alih membiarkan emosinya meledak, Musa memilih untuk berdoa.

Ia membawa amarah dan kekecewaannya kepada Tuhan. Hasilnya? Tuhan turun tangan dan memberikan pertolongan.

BACA JUGA: Setelah Marah, Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Sebagai SuperParents, kita bisa belajar dari Musa. Saat kemarahan mulai menguasai hati, ambillah jeda sejenak. Tarik napas, tenangkan diri, lalu datang kepada Tuhan dalam doa.

- Ketika anak sulit diatur, doakanlah mereka.
- Saat pasangan tidak peka, serahkan perasaanmu kepada Tuhan.
- Saat pekerjaan menekan, mintalah hikmat-Nya untuk tetap sabar.

Doa bukan sekadar ritual, tetapi kekuatan yang nyata. Ketika kita menyerahkan emosi kepada Tuhan, Dia akan memberi ketenangan dan hikmat agar kita dapat bertindak dengan kasih, bukan kemarahan.

Refleksi:

Bagaimana saya biasanya mengelola kemarahan?
Apakah saya sudah menjadikan doa sebagai langkah pertama saat emosi meluap?

Doa:

Tuhan, ajarilah aku untuk mengendalikan emosiku dan datang kepada-Mu dalam doa. Ketika amarah melanda, ingatkan aku untuk mencari hikmat dan ketenangan dalam hadirat-Mu. Biarlah setiap perkataan dan tindakan yang keluar dari hatiku mencerminkan kasih-Mu. Amin.