Sebagai orang tua, pernahkah SuperParents merasa anak lebih sering curhat ke temannya daripada ke kita? Saat mereka kecil, kita adalah segalanya bagi mereka.
Namun, seiring bertambahnya usia, perlahan mereka mulai mencari tempat lain untuk berbagi cerita. Hal ini wajar, tapi jika dibiarkan, bisa membuat jarak antara anak dan orang tua semakin lebar.
Lalu, bagaimana agar kepercayaan anak kepada kita tetap terjaga? Bagaimana membuat mereka merasa nyaman untuk terbuka tanpa takut dihakimi?
Mungkin bagi kita, masalah anak terlihat sepele—bertengkar dengan teman, gagal dalam ujian, atau sekadar merasa tidak percaya diri. Namun bagi mereka, itu adalah hal besar.
Jika setiap kali mereka bercerita, kita menanggapinya dengan, 'Ah, cuma gitu doang?' atau 'Udah, lupakan aja!', mereka akan berpikir bahwa orang tua tidak memahami mereka. Akhirnya, mereka mencari orang lain yang bisa mendengarkan dengan lebih empati.
Saat anak bercerita, biarkan mereka menyelesaikan ceritanya dulu. Jangan langsung menyela dengan nasihat panjang. Kadang, anak hanya butuh didengar tanpa harus dikomentari.
Berikan respons yang menunjukkan bahwa kita peduli, seperti 'Mama/Papa ngerti perasaan kamu,' atau 'Pasti nggak mudah ya buat kamu.'
Banyak anak memilih teman untuk berbagi karena takut dimarahi atau dihakimi jika bercerita kepada orang tua. Jika mereka bercerita tentang kesalahan mereka, cobalah untuk menahan diri agar tidak langsung mengkritik.
Sebaliknya, ajak mereka berdiskusi, tanyakan bagaimana mereka melihat situasi itu dan apa yang bisa dilakukan ke depannya.
BACA JUGA: Alasan SuperParents Wajib Punya Quality Time Bersama Anak
Kesibukan sering membuat kita tidak sadar bahwa kita jarang benar-benar hadir untuk anak. Cobalah sisihkan waktu khusus tanpa distraksi—tanpa ponsel, tanpa pekerjaan.
Misalnya, buat rutinitas ngobrol santai sebelum tidur, jalan sore bersama, atau sekadar makan malam tanpa gangguan gadget.
Kepercayaan bukan sesuatu yang bisa dituntut, tapi harus dibangun. Jika anak bercerita, jangan langsung menyebarkan cerita mereka ke keluarga besar atau membanding-bandingkan dengan anak lain.
Jika mereka merasa aman berbicara dengan kita, mereka akan lebih nyaman untuk terbuka.
Jangan hanya melarang anak dekat dengan teman-temannya, tapi cobalah untuk mengenal mereka. Ajak ngobrol saat mereka main ke rumah, tanyakan kabar mereka dengan santai.
Dengan begitu, kita bisa memahami lingkungan anak dan tetap terlibat tanpa terkesan mengontrol.
Setiap anak butuh seseorang yang bisa dipercaya, dan alangkah baiknya jika itu adalah orang tuanya sendiri.
Bukan berarti mereka tidak boleh dekat dengan teman, tapi mereka juga harus tahu bahwa di rumah ada seseorang yang selalu siap mendengar, menerima, dan memahami mereka tanpa syarat.
Mari bangun kembali kepercayaan anak, agar mereka tahu bahwa di tengah dunia yang penuh kebingungan, ada satu tempat yang paling aman untuk pulang—keluarga.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK