Thu - Apr 17, 2025 / 156 / Parenting

3 Cara Menjawab Pertanyaan Anak Tentang Paskah (Tanpa Bikin Mereka Bingung!)

Momen Paskah sering kali bikin anak penasaran. Kenapa sih Yesus harus mati di kayu salib? Kenapa harus di Salib? Kok disebut 'kemenangan' padahal Yesus disalib? Atau… apa hubungannya sama telur dan kelinci?

Sebagai orang tua, kadang kita sendiri bingung mau jawab dari mana. Tapi tenang, SuperParents! Yuk, simak 3 cara simpel untuk menjawab pertanyaan anak tentang Paskah—tanpa bikin mereka takut, atau bingung.

1. Jawab dengan Bahasa Mereka

Kalau anak bertanya, 'Kenapa Yesus mati di Salib?', jawab dengan jujur dan sederhana sesuai pemahaman mereka. Contoh:

“Karena Yesus sayang banget sama kita. Dia mau kita dekat terus sama Tuhan, jadi Dia rela mati untuk menghapuskan kesalahan kita. Tapi kabar baiknya… Yesus hidup lagi! Itu artinya Dia menang dari kematian!”

Hindari kata-kata yang terlalu teologis. Pakai contoh sederhana dan bahasa sehari-hari yang bisa mereka pahami.

2. Gunakan Aktivitas Visual

Kalau anak masih sulit membayangkan, bantu dengan gambar atau aktivitas:

Gambar salib dan hati, lalu jelaskan: 'Salib ini tanda cinta Yesus untuk kita.'
Gunakan telur Paskah kosong untuk menjelaskan kubur kosong: “Ini lambang bahwa Yesus sudah bangkit dan hidup!”

BACA JUGA: 5 Cara Seru Ajarkan Anak Makna Jumat Agung & Paskah Tanpa Bikin Takut

Anak akan lebih mudah mengerti saat bisa melihat dan menyentuh maknanya.

3. Dengarkan dan Validasi Rasa Ingin Tahunya

Kadang anak bertanya hal-hal aneh seperti, “Apa Yesus takut waktu disalib?” atau “Apa itu sakit banget?”

Daripada langsung mengoreksi, coba katakan:

“Kamu penasaran ya? Iya, Yesus juga merasa takut, sedih dan sakit. Tapi Dia tetap kuat karena Dia tahu itu caranya menyelamatkan kita.”

Dengan begitu, anak merasa rasa penasarannya didengar dan tahu bahwa pertanyaannya juga bermakna dan penting.

SuperParents, seringkali anak-anak bukan butuh jawaban sempurna dari kita orang tuanya. Melainkan jawaban yang mereka pahami, jujur, penuh dengan kesabaran, dan tulus menjelaskannya. Paskah bisa jadi momen emas untuk memperkenalkan kasih Yesus yang nyata—bukan lewat dogma, tapi lewat percakapan yang hangat.