Ersilinda tumbuh di keluarga yang sangat keras dan disiplin. Keluarganya juga berlatar belakang dari agama kepercayaan daerah setempat. Didikan kedua orang tuanya selama ini membentuk karakter Ersilinda menjadi suka melawan orang tua, berkata kotor, dan sering mengucapkan sumpah serapah. Karena Ersilinda dan kakaknya sering berkelahi, orang tuanya sampai pernah mengikat mereka. Perbuatan orang tuanya ini secara tidak sadar terus melukai hati Ersilinda.

Ketika Paskah tahun 2019 lalu, teman-temannya mengajak Ersilinda untuk ikut menonton bareng ke salah satu rumah temannya. Ia bersama teman-temannya menonton Superbook yang berjudul “Kasih Terbesar” saat itu. Kisahnya menceritakan tentang Tuhan Yesus yang rela mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia. Ersilinda tiba-tiba menangis.

Baca juga : KEHILANGAN AYAH TIDAK MEMBUAT SIKAPNYA MEMBURUK

Tuhan seakan mengetuk pintu hatinya. Seketika itu juga, ia tersadar bahwa Tuhan Yesus yang disakiti bahkan sampai mati saja tetap mengasihi kita. Ia bahkan mengajarkan kepada Ersilinda untuk mengampuni dan mengasihi sesama kita, terutama keluarga sendiri. Disitulah Ersilinda mengambil keputusan untuk berdoa dan mengampuni semua orang yang pernah menyakiti dia dan belajar untuk mengasihi mereka.

Seiring berjalannya waktu, Ersilinda benar-benar taat melakukan janjinya kepada Tuhan. Perlahan karakternya berubah, ia mulai mengasihi kakaknya, tidak melawan orang tua lagi, tidak berkata kotor maupun bersumpah, bahkan sekarang ia mulai mengajak kakaknya untuk bersekolah minggu.

Baca juga : SETELAH MENGANDALKAN TUHAN, ANAK INI BISA MEMBELI BUKU DAN SERAGAM

Guru Sekolah Minggu GPdI Kota Kawau, Batsyeba Bangngu Kahi sangat bangga dengan Ersilinda karena perubahan karakternya. Orang tuanya yang melihat perubahan dalam diri Ersilinda akhirnya memperbolehkannya untuk beribadah di sekolah minggu bersama kakaknya. Sekarang Ersilinda dan kakaknya menjadi anak yang rajin datang ke sekolah minggu.

Umbu Maramba

Fasilitator Superbook - NTT