Nayla Adira terlahir dari keluarga yang belum percaya Tuhan. Saat ia masuk SD, ia sekeluarga pindah ke Kota Gunungsitoli, Nias dan tinggal bersama kakek nenek dari mamanya yang beragama Kristen. Walaupun berbeda agama, kakek dan neneknya tetap menghargai perbedaan keyakinan mereka.
Ketika Nayla mulai bersekolah, ia sering diajak oleh teman-temannya untuk ke sekolah minggu. Awalnya ia tertarik, namun setelah menceritakan hal ini kepada kedua orang tuanya, mereka tidak mengizinkannya.
Kebersamaan keluarga ini akhirnya hancur karena bapaknya Nayla ditangkap polisi. Nayla dan keluarganya sedih sekali karena bapaknya adalah satu-satunya tulang punggung keluarga. Namun hidup harus tetap berjalan.
Baca juga : KESUKAAN BERUJUNG KETAKUTAN
Akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ibunya pun mulai bekerja sebagai tenaga cuci baju dan setrika ke rumah-rumah. Sayangnya tidak banyak orang yang mau menerima ibunya, karena mengidap penyakit kulit yang menyebabkan kulit sekujur tubuhnya melepuh. Orang-orang jadi merasa takut dengan penampilannya.
Suatu hari, ibunya bertemu dengan seorang nenek yang mengajak ibunya untuk beribadah di gereja kembali. Memang sebelum menikah ibu Nayla sempat percaya Tuhan, tapi setelah menikah ia ikut kepercayaan suami. Keluarganya pun mulai bergereja di GKB-GIC Gunungsitoli, Nias dan digabungkan dengan komsel Sifalaete. Sejak saat itu kami sekeluarga mulai percaya Kristus.
Di sekolah minggu inilah, Nayla dan adiknya mulai mengenal Tuhan Yesus lebih dalam. Apalagi sekolah minggu gereja mereka sudah menggunakan kurikulum Superbook sebagai materi pengajarannya. Ia bisa dengan cepat belajar Firman Tuhan karena melalui sarana audio visual. Yang paling berkesan dalam hatinya adalah saat Nayla menyaksikan Kisah Pertobatan Paulus karena mirip dengan kisah keluarganya. Ia merasa Kristus membawanya kembali.
Keyakinan da imannya pun semakin bertambah pada saat Nayla mengikuti School of Life (SOL), program CBN Indonesia yang ada di gerejanya. Ia banyak belajar dari gurunya tentang siapa Yesus dan mengapa ia harus memanggilnya Tuhan. Sebelum masuk SOL, Nayla adalah orang yang pendiam, mudah tersinggung, dan cepat patah semangat. Dan berkat bimbingan para guru, sifat itu perlahan hilang.
Baca juga : MENGAMPUNI KAKAK YANG USIL
Sekarang Nayla, ibu, dan adiknya tinggal di sebuah kos sempit di depan GKB-GIC Gunungsitoli. Walaupun ibunya sudah bekerja, tapi gaji yang diterimanya masih sangat kecil. Bahkan tak jarang ibunya tidak bisa bekerja kareja nyeri di sekujur tubuhnya. Hal ini membuat Nayla juga ikut serta untuk membantu keluarganya dengan menjadi tenaga bersih-bersih dan merapikan PAUD beserta sekolah minggu di gerejanya.
Awal April ini, tim Superbook datang ke rumahnya dan memberikannya sepatu. Tampak raut bahagia tergambar di wajahnya. Ia mengucap syukur karena sepatu ini bagaikan hadiah di tengah kerja kerasnya yang membuatnya semakin bersemangat. Nayla berterima kasih kepada para Sponsor Superbook yang sudah memberikan dukungan kepadanya lewat sepatu ini. Tuhan Yesus memberkati.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK