Ezra Gusti Wahyudi (11 tahun) adalah anak satu-satunya dari pasangan Yohanes dan Ruth. Kedua orang tua Ezra merupakan pedagang telur di Pasar, sehingga biasanya mereka sudah bangun dan siap-siap berjualan ke pasar sejak jam 2 subuh. Ezra pun ikut bangun dan pergi ke pasar bersama orang tuanya.

Kebiasaannya pergi ke pasar bersama orang tua sebenarnya berawal dari kejadian traumatik yang Ezra alami. Waktu itu kedua orang tuanya sudah berangkat ke pasar dan meninggalkan Ezra sendiri di rumah. Kondisi rumah saat itu, dikunci dari luar oleh orang tuanya. Tiba- asap tebal dan berbau memenuhi rumahnya. Ezra dengan paniknya berteriak histeris ingin keluar rumah. Ternyata saat itu sedang diadakan fogging oleh pemerintah setempat, tapi orang tua Ezra saat itu tidak mendapat pemberitahuan.

Baca juga : EJEKAN KARENA PERCAYA KRISTUS, TIDAK MENGGOYAHKAN IMANNYA

Mulai saat itu rasa trauma membanyangi Ezra. Hingga suatu hari, saat Ezra masuk sekolah pagi, orang tuanya berpesan agar setelah pulang sekolah langsung pulang dan beristirahat di rumah.Namun Ezra berbohong kepada ibunya dan justru bermain dengan teman-temannya karena tidak mau sendirian di rumah.

Suatu hari, Ezra mengikuti sekolah Minggu di GBI Rock Monang Maning. Dia belajar tentang kisah Paulus yang bertarung ditengah badai melalui kurikulum Superbook. Ezra menjadi tertegur karena selama ini ia berbohong demi tidak tinggal sendirian di rumah. Mulai saat itulah Ezra bertekad untuk tidak berbohong dan mau mendengar nasihat orang tua.

Puji Tuhan. Menurut Kak Marlina, guru sekolah Minggu Ezra, sekarang sudah berubah. Dia menjadi lebih berani dan tidak suka berbohong lagi. Ezra mau berkata jujur sekalipun ia mendapat resiko yang tidak disukainya.

Tresia

Fasilitator Superbook - Bali