Oziel, si anak cerdas yang selalu dikelilingi teman-teman yang membutuhkan bantuannya. Ia dikenal sebagai siswa rajin dan selalu mendapatkan nilai terbaik di kelas. Namun, di balik kecerdasannya, Oziel memiliki satu kekurangan: ia sering merendahkan orang lain.

Rafa, salah satu teman Oziel, sering kali meminta bantuannya dalam memahami pelajaran. Oziel, dengan kesabarannya, selalu menjelaskan dengan detail. Namun, tak jarang Rafa masih kesulitan mencerna penjelasannya. Hal ini membuat Oziel frustrasi dan tanpa sadar mengeluarkan kalimat kasar.

'Kamu gimana sih, Rafa?! Ini aja nggak bisa...' gerutu Oziel dengan kesal.

Wajah Rafa langsung berubah sedih. Oziel, yang terpaku melihat reaksi Rafa, baru tersadar bahwa kata-katanya telah menyakiti hati temannya. Rasa bersalah menghantuinya.

Sepulang sekolah, Oziel termenung. Ia teringat animasi Superbook kisah Zakheus yang ditayangkan di sekolah minggu. Zakheus, si pemungut cukai yang sombong, berubah menjadi rendah hati setelah bertemu dengan Tuhan Yesus. Oziel ingin menjadi seperti Zakheus. Ia ingin bertobat dan menjadi anak yang penuh kasih.

Keesokan harinya, Oziel memberanikan diri untuk meminta maaf kepada Rafa. Ia berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Rafa, yang hatinya telah tersentuh, dengan senang hati memaafkannya.

Sejak saat itu, Oziel menjadi pribadi yang berbeda. Ia tak lagi merendahkan orang lain. Ia membantu teman-temannya dengan senang hati dan penuh kesabaran. Oziel belajar bahwa kasih Tuhan Yesus dapat mengubah hati manusia dan membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik. Animasi Superbook, telah mengingatkan Oziel akan kasih Tuhan Yesus!

Jery Patampang

Penulis Konten