Shalom, nama saya Edward, biasa dipanggil Edu. Saya bukanlah seorang pengajar, saya seorang lulusan teologi yang lebih fokus ke pelayanan gereja.

Tapi Tuhan punya rencana lain untuk saya. Saya dipanggil untuk melayani anak-anak yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, anak-anak yang sering kali kurang diperhatikan oleh orang tua mereka karena kesibukan mencari nafkah.

Tantangan yang Tidak Mudah

Di gereja tempat saya melayani, kami memiliki program khusus untuk anak-anak di lingkungan rumah liar. Setiap Selasa dan Jumat, kami mengadakan les dan mengajarkan firman Tuhan kepada mereka. Harapan kami, melalui anak-anak ini, orang tua mereka juga bisa mengenal Tuhan.

Tapi jujur saja, ini tidak mudah. Banyak orang tua yang awalnya tidak senang anak-anaknya ikut dalam kegiatan ini. Ada yang melarang, ada yang mencurigai tujuan kami.

Bahkan, anak-anaknya sendiri kadang sulit diajak belajar—mereka nakal, sulit diatur, dan sering kali tidak mau mendengarkan. Sebagai seseorang yang tidak punya latar belakang pendidikan anak, saya sering merasa kewalahan. Saya ingin mengajar, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya.

Super Teacher Superbook Membuka Wawasan Saya

Sampai akhirnya, saya mengikuti pelatihan Super Teacher dari Superbook. Di sana saya belajar banyak hal. Saya belajar bahwa setiap anak itu unik, punya karakter masing-masing.

Tidak bisa disamakan. Ada yang harus didekati dengan kelembutan, ada yang perlu pendekatan lebih tegas, tapi tetap penuh kasih.

BACA JUGA: Kegiatan Super Teacher Mengubah Hidup Saya

Saya juga belajar bahwa pelayanan ini bukan sekadar mengajar anak-anak, tapi membangun hubungan dengan mereka. Dulu, kalau ada anak yang sangat nakal, saya cenderung menjauh. Tapi setelah belajar dari Super Teacher, saya mulai mendekati mereka.

Saya duduk bersama mereka, berbicara baik-baik, mendengar cerita mereka. Perlahan, mereka pun mulai berubah. Mereka jadi lebih terbuka, lebih mudah diajak belajar, bahkan ada yang akhirnya datang ke gereja bersama keluarganya!

Melayani dengan Percaya Diri

Super Teacher juga mengajarkan saya untuk semakin percaya diri dalam pelayanan ini. Saya sadar, Tuhan tidak pernah salah menempatkan saya di sini.

Awalnya saya merasa, 'Kenapa harus saya? Saya kan bukan pengajar.' Tapi sekarang, saya melihat bahwa Tuhan memang ingin saya ada di sini, menjadi jembatan bagi anak-anak dan keluarga mereka untuk mengenal Dia.

Bahkan, berkat bimbingan dan pengalaman dari kegiatan Super Teacher, saya bisa mengembangkan komunitas anak muda di gereja. Kami mengadakan les Bahasa Inggris setiap Sabtu untuk menarik lebih banyak anak-anak agar tetap terhubung dengan gereja.

Kami juga menyediakan fasilitas juga snack agar anak-anak semangat ikutan. Perlahan, semakin banyak anak-anak yang tertarik dan ikut dalam komunitas ini. Puji Tuhan!

Mari bersama-sama menjangkau lebih banyak jiwa dan memperlengkapi lebih banyak guru untuk membawa anak-anak semakin dekat kepada Tuhan melalui donasi!

Audreyline S. Candy

Penulis Konten