Gres, seorang anak berusia 7 tahun, membuat orang tuanya gelisah. Ia jarang sekali berdoa, bahkan untuk berdoa makan pun terasa berat baginya. Segala nasihat dan teguran tak mempan mengubahnya. Suatu hari, Gres mulai bersekolah di sebuah sekolah non-Kristen. Tanpa disadari, Gres terbawa arus lingkungannya. Ia tak lagi beribadah, tak suka berdoa, dan bahkan tak pernah menyentuh Alkitab. Kesedihan orang tuanya semakin mendalam ketika mereka melihat Gres justru rajin sholat 5 waktu dan mengucapkan salam yang berbeda. Hati mereka menjerit, merindukan Gres kembali ke jalan yang benar.

Suatu hari, secercah harapan muncul. Orang tua Gres bertemu dengan Ibu Gembala GBI Efata Sampali dan menceritakan kisah pilu Gres. Tergerak hatinya, Ibu Gembala mengajak Gres mengikuti Sekolah Minggu di GBI Efata Sampali. Awalnya Gres ragu-ragu, namun hatinya tergerak oleh ajakan Mila, seorang teman barunya di Sekolah Minggu. Di sana, Gres diperkenalkan dengan Superbook, sebuah animasi yang menceritakan kisah-kisah Alkitab. Minggu demi minggu, Gres takjub dengan kisah-kisah inspiratif dalam Superbook. Ia mulai memahami pentingnya doa dan iman kepada Tuhan Yesus. Perlahan, Gres menemukan kembali imannya yang hilang.

Sejak saat itu, Gres mulai rajin berdoa dan membaca Alkitab. Ia bahkan membuat jadwal untuk membaca Alkitab satu pasal setiap hari. Kebiasaan barunya ini membawa kedamaian dan kebahagiaan yang tak terkira dalam hidupnya. Kisah Gres adalah bukti nyata bahwa kasih Tuhan dapat menjangkau siapa saja, bahkan mereka yang telah jauh tersesat. Melalui Superbook dan komunitas yang penuh kasih, Gres menemukan jalan kembali ke imannya dan memulai hidup baru yang penuh dengan harapan.

Jery Patampang

Penulis Konten