Dini, gadis berusia 12 tahun dari Surabaya, selalu dirundung rasa ragu. Teman-temannya sering meremehkannya, membandingkannya dengan kakaknya yang berprestasi. Dini merasa tak berdaya, dihantui pertanyaan, 'Bisakah aku sehebat kakak?'. Kakaknya, bagaikan bintang di sekolahnya. Selalu mendapat nilai terbaik, aktif di berbagai kegiatan, dan disukai semua orang. Sementara Dini, hanya gadis biasa dengan bakat yang tersembunyi.

Suatu hari, Dini belajar di modul Superbook tentang Kasih Terbesar. Kisah Yesus yang rela mengorbankan diri untuk manusia menyentuh hatinya. Dini mulai memahami arti kasih dan pengampunan. 'Tuhan aja mau mengampuni, kenapa aku nggak?' gumam Dini. Dia memutuskan untuk melepaskan rasa kesal dan amarah terhadap teman-temannya. Dini mulai belajar mengasihi mereka, seperti Yesus mengasihi manusia. Perlahan tapi pasti, perubahan terjadi pada Dini. Rasa percaya dirinya tumbuh. Dia mulai berani menunjukkan bakat terpendamnya. Dini mulai menulis cerita pendek, menuangkan imajinasinya dalam karya yang indah.

Karya-karyanya, seperti 'The Blur', 'Di Pojok Kelas', dan 'Our Memory', menarik perhatian teman-temannya. Mereka kagum dengan bakat Dini yang selama ini tersembunyi. Dini bahkan mendapat kesempatan untuk mengirimkan karyanya kepada Tim Philiphina. Meskipun belum dipublikasikan, Dini telah membuktikan kemampuannya. Dia tak lagi terbebani oleh keraguan dan perbandingan dengan kakaknya. Dini menemukan kebahagiaannya dengan mengasihi dan berkarya.

Kisah Dini adalah pengingat bahwa setiap orang memiliki bakat dan potensi yang unik. Jangan biarkan keraguan dan perbandingan menghalangi langkahmu. Teruslah berkarya dan bagikan talentamu kepada dunia.

Jery Patampang

Penulis Konten