Coba ingat-ingat, pernah nggak kita melakukan kesalahan, tapi bukannya ngaku, malah cari-cari alasan? Atau mungkin langsung nyalahin orang lain, “Itu salah dia, bukan aku!” Jujur aja—kita semua pernah kok ada di posisi itu.
Kalau kita berpikir itu hal kecil, coba kita lihat dalam Kejadian 3:12. Waktu Tuhan tanya Adam, kenapa dia makan buah terlarang, jawaban Adam simpel tapi menghindar, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
Lihat kan? Bahkan sejak awal manusia, kita udah punya kecenderungan buat nyari kambing hitam. Daripada bilang, “Iya, aku salah,” kita malah muter arah, lempar kesalahan ke orang lain. Dan ini bukan cuma bikin masalahnya nggak selesai, tapi juga bikin kita berhenti bertumbuh.
Padahal, tanggung jawab itu bagian penting dari kedewasaan. Mengakui kesalahan bukan berarti lemah, tapi justru tanda keberanian dan kekuatan karakter.
BACA JUGA: Jangan Jadi Manusia yang Mudah Asal Percaya
Takut Menghadapi Konsekuensi
Lebih mudah bilang 'Aku nggak salah!' daripada mengakui kesalahan dan menerima hukuman atau malu.
Ingin Terlihat Sempurna
Kita tidak mau dianggap gagal, lemah, atau punya kekurangan.
Tidak Terlatih dari Kecil
Jika sejak anak-anak selalu dibela saat berbuat salah ('Nggak apa-apa, kan masih kecil!'), dewasa jadi tidak terbiasa bertanggung jawab.
Kadang kita lupa: hidup ini soal pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi. Mau nggak mau, kita harus hadapi. Nggak bisa terus-terusan sembunyi di balik alasan. Semakin kita belajar bertanggung jawab, semakin kita kuat. Kita juga jadi lebih jujur sama diri sendiri—dan itu penting banget buat hidup yang sehat secara mental dan spiritual.
Dan kalau kita seorang orang tua, ini juga PR penting buat anak-anak kita. Anak harus belajar sejak dini bahwa salah itu bukan akhir dunia. Nggak perlu takut dihukum asal dia berani jujur. Dari kecil, mereka harus tahu: “Kalau aku salah, aku berani ngaku, dan aku belajar dari situ.”
Kita nggak bisa harap anak bertumbuh jadi pribadi kuat kalau tiap salah mereka langsung dibentak atau malah kita biarkan cari alasan. Bangunlah kebiasaan di rumah untuk berkata: “Iya, ini salahku. Aku tanggung jawab.” Dan sebagai orang tua, kita juga harus menjadi teladan pertama bagi anak-anak.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK