Pada salah satu artikel Superbook, ada seorang yang bertanya tentang ayat di Amsal 23: 13 – 14 yang berisi “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.” Nah apakah ayat ini masih kontekstual ya untuk mendidik anak di zaman sekarang?
Baca juga : 4 TIPS MENDISIPLINKAN ANAK TANPA HARUS MEMBENTAKNYA
Tidak ada cara yang instan untuk memahami ayat ini. Tapi mari kita coba lihat konteks ayat ini dari beberapa sisi. Cara mendidik anak seringkali beragam tergantung pada latar belakang orang tua dan lingkungan si anak. Namun Alkitab menjelaskan sebuah prinsip kombinasi yang indah antara “hajaran” dan “didikan”, seperti yang tertulis dalam Ibrani 12: 15b-16. Proses mendidik anak bukanlah sekadar sebuah rutinitas yang dilakukan berulang-ulang, tapi orangtua harus memahami benar-benar apa, mengapa, kapan, dan bagaimana sebuah tindakan dilakukan kepada anak.
Pada Amsal 23: 13-14 ini, kita menemukan sebuah tindakan “memukul dengan rotan”, yang tentunya kita harus pahami dari beberapa sisi berikut:
Hajaran dan didikan diperlukan karena orang tua mau menyatakan kasih sayang dan perhatiannya kepada anaknya. Keduanya diperlukan agar anak dapat belajar membedakan yang salah dan benar dan dapat bertahan kedepannya menghadapi dunia sebenarnya.
Seharusnya orang tua mengutamakan komunikasi terlebih dulu dibandingkan hajaran. Misalnya dengan membuat batasan untuk anak. “Sayang, ayo kamu sudah membuat mainanmu berantakan. Sekarang coba benahi ya. Mama sediakan tempatnya, kamu masukkan. Kalau besok masih belum bisa membenahi mainanmu, kamu mama larang bermain ini selama seminggu.” Anak harus belajar dunia yang sebenarnya, bahwa setiap perbuatan mereka ada konsekuensinya dan dunia itu penuh dengan aturan. Dengan kita memberikan standar, mereka jadi tahu mana yang baik dan benar.
Sekarang kalau orang tua lebih memilih untuk menggunakan “hajaran/rotan” dibandingkan dengan komunikasi terlebih dulu, coba diintrospeksi. Bukanlah itu berarti sudah dikuasai oleh amarah, tidak mempu berkomunikasi dengan anak, dan memperlihatkan bahwa ortu belum bisa mendidik dengan baik (karena anak belum nurut). Memang Tuhan juga mengatakan dibutuhkan hajaran itu, tapi harus bersama dengan didikan. Jangan sampai amarah yang menguasai (untuk mengatasinya bisa dilihat di BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKI HUBUNGAN ORANG TUA DAN ANAK?).
Apakah hajaran yang dilakukan karena putus asa melihat anak tidak bisa nurut atau diatur? Atau menghajar karena mau mendidiknya bahwa hal yang ia lakukan tidak benar? Jika memang sudah putus asa, berarti ortu sudah dikuasai oleh amarah dan tidak sanggup berkomunikasi dengan anak. Hajaran seperti ini jauh dari kasih.
Baca juga : LAKUKAN 7 CARA YANG BIASA ORANG PERANCIS TERAPKAN AGAR ANAK TIDAK TANTRUM TAPI MANDIRI
Sebaiknya orang tua melakukan hajaran kepada anaknya sesuai dengan waktunya. Bukan setiap hari melakukan hal yang sama berkali-kali. Anak butuh didik bukan hanya dihajar!
Hukuman bertujuan untuk menyatakan standar. Dengan memberikan konsekuensi dari sebuah pelanggaran, kita jadi memahami seberapa fatal sebuah kesalahan. Sedangkan didikan bertujuan untuk dapat mengubah pemahaman / pola pikir dan tingkah laku dengan menjelaskan cara-cara yang lebih baik untuk dilakukan si anak. Misalnya, “Sayang, kamu tidak jujur ke mama tentang nilai kamu ya? Kalau kamu berbohong mama jadi tidak tahu nilai kamu sebenarnya kan, nanti mama juga tidak bisa bantu kamu. dsb…” (CC)
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK