Minggu ini kita dikejutkan dengan viralnya #JusticeforAudrey yang menjadi trending topic di media sosial.  Kejadian ini bermula dari siswi SMP di Pontianak yang terlibat saling sindir di media sosial dengan siswi SMA. Akibat saling sindir ini, siswi SMA yang kesal akhirnya melakukan tindakan penganiayaan atau perundungan (bullying) terhadap siswi SMP tersebut.

Korban yang bernama Au saat ini sedang dirawat dan kasus ini sudah dipolisikan. Perkembangan yang beredar, ternyata yang melakukan perundungan hanya 3 orang anak SMA dan anak-anak lainnya hanya menonton dan tidak melakukan apa-apa untuk melerai mereka. Kejadian ini cukup menghentak kita karena sebuah masalah kecil bisa berbuntut pada kekerasan dan ini dilakukan oleh anak remaja.

Dikutip dari hellosehat.com, ada 5 jenis bullying yang perlu SuperParents ataupun Super Teacher ketahui:

1. Penindasan fisik : mulai dari menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga melempari dengan benda-benda.
2. Penindasan verbal : dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan.
3. Pengucilan : lewat dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya.
4. Penindasan dunia maya / cyberbullying : melalui aplikasi chatting, SMS, surat elektronik (e-mail), atau komentar di media sosial.
5. Penindasan seksual : lewat mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual.

Sumber : Shutterstock

Lalu bagaimana kita sebagai guru sekolah Minggu (GSM) peka dan bisa melakukan pencegahan agar tidak terjadi bullying di sekolah Minggu? Nah, Superbook mempunyai beberapa tips yang bisa membantu kakak-kakak.

 

1. Angkat topik.

Tidak ada salahnya kita membahas di sekolah Minggu tentang topik atau pembahasan bullying. Bicarakan tentang intimidasi atau jenis bullying yang mungkin terjadi di kelas sekolah Minggu atau pernah anak alami di lingkungan sekolah maupun tempat tinggalnya. Setelah itu, kakak bisa mengaitkannya dengan apa kata firman Tuhan agar anak-anak juga mengerti bagaimana nanti harus bertindak jika mereka menjadi korban.

 

2. Imbau anak jika mereka merasa menjadi korban.

Tidak mudah bagi anak untuk berterus-terang kepada guru atas apa yang telah mereka alami. Karena biasanya korban perundungan itu selalu mendapat ancaman atau mereka malu jika mengadu. Katakanlah kepada anak bahwa tindaka bullying itu tidak bisa dibenarkan dan anak harus meminta bantuan kepada orang yang lebih bisa melindungi, seperti orangtua atau guru. Tekankan betapa beraninya mereka saat mau melaporkan apa yang dialaminya.

 

3. Pekalah dan jangan buka celah.

Jangan berpikir bahwa perkataan anak-anak yang mengejek atau iseng adalah hanya tindakan anak-anak biasa yang tidak perlu ditindaklanjuti. Apalagi percaya kalau si korban ini pasti akan tegar. Tapi perilaku ini biasanya bisa meningkat saat tidak ada tindak lanjut dari orang dewasa yang mengatasinya. Mereka seakan mendapat legitimasi kalau perilaku pem-bully ini wajar dan terus melakukannya.

 

4. Komunikasikan konsekuensi yang akan diterima oleh pem-bully.

Beritahu apa konsekuensi yang akan anak pem-bully terima jika melakukan bullying kepada temannya. Jangan justru memberitahukan kepada anak yang di bully untuk menghindar atau menjauh dari pem-bully, karena hal itu akan mengurangi daya juang korban dan memberikan posisi yang lebih dominan kepada si pelaku.

Nah sekarang kakak sudah tahu bagaimana caranya mencegah dan mengantisipasi bullying di kelas sekolah Minggu. Apakah di sekolah Minggu kakak pernah ada kasus tersebut? Bagaimana kakak mengantisipasinya? Kakak bisa saling berbagi di kolom komentar di bawah ini.

Contasia Christie

Content Writer

Share :