Melihat anak-anak sekarang semakin cuek terhadap sekitarnya? Ada yang tertawa saat temannya jatuh, atau tidak peduli ketika orang lain sedih. Padahal dulu, anak yang sama mungkin pernah berlari menolong tanpa diminta.
Pertanyaannya: apa yang berubah?
Kasus Timothy Anugerah, mahasiswa yang menjadi korban perundungan, menjadi pengingat nyata betapa berharganya empati dalam kehidupan sosial. Ketika empati hilang, manusia bisa tertawa di atas luka orang lain. Sebaliknya, saat empati hidup di hati anak-anak kita, mereka akan tahu bagaimana merangkul yang lemah, bukan menjatuhkan. Maka, tugas kita sebagai orangtua bukan hanya mendidik anak agar pintar, tapi juga membesarkan hati yang peka — supaya mereka tumbuh menjadi pribadi yang menghadirkan kasih, bukan menyakiti.
Ajak mereka kembali pada interaksi nyata mendengar, merespons, dan memahami perasaan orang lain. Saat anak terbiasa memperhatikan ekspresi, nada suara, atau cerita orang lain, empati mereka mulai hidup kembali.
Ketika anak berkata hal yang kasar atau bersikap acuh, jangan buru-buru menegur dengan emosi. Ajak mereka memahami akibatnya:
“Kamu tahu nggak, kalau kamu bilang begitu, temanmu bisa sedih?”
Anak belajar empati ketika mereka tahu bahwa perbuatan mereka mempengaruhi hati orang lain.
Empati bertumbuh lewat tindakan, bukan teori.
Ajak anak berbagi makanan, mendoakan teman yang sakit, atau menulis ucapan untuk orang yang sedang sedih. Hal-hal kecil seperti ini menanamkan kebiasaan peka terhadap kebutuhan orang lain.
BACA JUGA : Gizmo Datang ke Bandung! Yuk, Ikutan Keseruan Superbook dan Foto Bareng Gizmo!
Kisah Yesus yang menangis bersama Marta dan Maria, atau Orang Samaria yang menolong tanpa pamrih, bisa menjadi cermin indah bagi anak.
Anak belajar bahwa Tuhan sendiri memiliki hati yang peka dan penuh belas kasih dan itulah yang ingin Dia tumbuhkan di dalam diri kita.
Anak belajar dari cara orangtuanya memperlakukan orang lain termasuk pasangan, saudara, atau bahkan orang asing. Saat mereka melihat kita mendengarkan dengan lembut atau membantu dengan tulus, mereka sedang melihat wajah kasih Tuhan melalui kita.
Mari bantu anak-anak kita tumbuh bukan hanya cerdas dan sukses, tapi juga penuh kasih dan pengertian karena dunia ini sudah cukup keras, tapi anak yang berempati akan selalu membawa harapan.
Mau belajar lebih banyak cara sederhana tapi berdampak untuk mendampingi anak? Yuk, temukan inspirasinya di The Parenting Project!
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK