Tapi tahukah kita, bahwa pelaku bullying tidak selalu anak yang “jahat”? Sering kali, mereka justru anak-anak yang sedang terluka.
SuperParents, sebagai orangtua, penting bagi kita untuk tidak hanya melihat apa yang dilakukan anak di luar, tapi juga memahami apa yang sedang mereka perjuangkan di dalam hati.
1. Anak yang Membully Sering Kali Juga Korban
Banyak anak yang mem-bully ternyata sedang mengalami tekanan mungkin di rumah, di sekolah, atau dalam relasi sosialnya. Mereka memilih merendahkan orang lain sebagai pelarian dari rasa tidak aman.
2. Bullying Bisa Jadi Topeng Rasa Takut
Anak yang mengejek temannya mungkin sebenarnya sedang takut. Takut tidak diterima, takut dianggap lemah, takut diabaikan. Maka mereka memilih untuk menyerang duluan.
BACA JUGA : Bukan Hanya Pintar, Tapi Tangguh: 7 Nilai Penting yang Perlu Ditanamkan Sejak SD
3. Otak Remaja Masih Berkembang
Anak dan remaja masih dalam proses memahami emosi dan dampaknya. Mereka mungkin belum sepenuhnya sadar bahwa ejekan kecil bisa meninggalkan luka besar. Empati tidak otomatis tumbuh perlu dibentuk dan dicontohkan.
4. Budaya yang Kita Ciptakan di Rumah Bisa Membentuk Sikap Anak
Apakah di rumah kita mengizinkan candaan kasar? Apakah kita sering menertawakan kekurangan orang lain? Tanpa sadar, lingkungan rumah adalah tempat belajar pertama soal empati dan hormat.
5. Bullying Tidak Terjadi di Ruang Kosong — Tapi Di Sistem yang Tidak Peduli
Anak yang merasa tidak bisa bicara, tidak punya tempat aman untuk jujur, akan menyalurkan emosi lewat cara yang salah. Maka kita perlu menciptakan rumah yang penuh kasih, tapi juga tegas terhadap nilai-nilai.
Jika mereka pernah jadi korban, peluk mereka. Jika mereka pernah jadi pelaku, gali lebih dalam. Jangan hanya hukum perilakunya, tapi dengarkan hatinya.
Karena anak yang menyakiti, mungkin adalah anak yang paling butuh disembuhkan. Mari jadi orangtua yang tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga peka secara hati.
Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.
Klik untuk bergabungDapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK