ARTICLE

Wed - Jun 13, 2018 / 3173 / Inspirational

Boleh atau Tidak Ya Selfie Saat Beribadah?

“Foto yuk!”

“Yuk! 1...2...3... cheese. Nih lihat hasilnya.”

“Ah ulang donk. Aku kelihatan gendut nih.”

Hayo siapa yang kalau setelah selfi beramai-ramai, yang dilihat pertama kali itu dirinya sendiri?  Kalau sudah keren diam saja sambil senyum-senyum. Tapi kalau hasilnya jelek, wah bakalan minta diulang sampai perfect.

Seiring berkembangnya teknologi, semua handphone kini memiliki kamera. Bahkan yang murahpun kameranya sudah cukup bagus hasilnya. Tak jarang kita jadi gatal ingin memakainya untuk mengambil momen-momen berharga disekitar.

Aktivitas rohanipun tidak luput dari jepretan ataupun video untuk mengabadikannya. Pertanyaannya, apakah orang Kristen boleh memamerkan aktivitas rohaninya ke media sosial? Coba kita kembali ke Alkitab di 1 Samuel 16: 7. Jelas yang dilihat Allah itu hati kita, bukan apa yang manusia bisa lihat.

Baca juga: HEBOH TAGAR #OLDMONEYGAKNGERASAIN, INILAH TOKOH ALKITAB YANG MERUPAKAN KONGLOMERAT

Ya, bukan selfie-nya yang membuat sesuatu itu benar atau salah, tapi apa motifnyalah yang menjadi penentu. Berikut ada beberapa motif yang bisa menjadi bahan perenungan kita.

1. Jika kita melakukan selfie untuk meninggikan diri

Sumber: MyJoyOnline.com

Dengan melakukan selfie dan membagikannya ke sosial media, kita sedikit merasakan jadi orang terkenal. Ini bisa membuat orang kecanduan lho. Kita menjadi terobsesi untuk mendapatkan “like”, “love”, komentar dan share. Bahkan berharap kalau bisa foto atau video kita menjadi viral.

Yohanes berkata “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30). Ya, benar! Yang harus semakin besar dan terkenal seharusnya Tuhan Yesus Kristus, bukan kita. Yesus Kristus secara jelas menyatakan bahwa “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Matius 23:11).

 

2. Kalau motivasimu melakukan selfie karena ingin merasa berharga

Sumber: TechWayz

Saat ini, budaya selfie membuat orang membuat gambaran yang salah tentang dirinya. Kita jadi ingin agar orang lain menyukai, bahkan menjadi penggemar kita. Sampai-sampai banyak aplikasi yang menyediakan fitur untuk mengubah penampilan fisik seseorang agar bisa lebih diterima oleh khalayak.

Apakah rasa berhargamu tergantung tampilan fisikmu? Tidak! Setiap manusia diciptakan berbeda dan memiliki keunikannya tersendiri. Amsal 31:30a berkata “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia.' Kita justru harus menilai diri dengan benar di dalam Tuhan. Bagaimanapun penampilanmu, Tuhan itu mengasihimu apa adanya. Kita semua berharga di mata-Nya.

Baca juga: DARIPADA ANAK REWEL KARENA BOSAN DI JALAN, MAINKAN 5 PERMAINAN INI YUK SAAT MUDIK

“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.” (Yesaya 43:4) Tidak hanya Tuhan memberikan manusia dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawa kita, tapi bahkan Ia mengorbankan Putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita (Yohanes 3:16).

 

3. Jika kamu posting foto selfie untuk menunjukkan hidup dan dirimu yang sempurna

Sumber: MKF Institute

Apakah kamu ingin orang melihatmu sebagai orang yang rohani dengan foto di gereja atau saat berdoa? Atau menunjukkan bahwa hidupmu itu sempurna? Seringkali kita ingin memperlihatkan apa yang baik dan sempurna kepada banyak orang. Tapi jarang menunjukkan sesuatu yang buruk dari hidup kita.

Tuhan tidak ingin kita menjadi orang yang seperti ini. “Janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12: 2)

Jangan terjebak oleh selfie-Kristen atau selfie-rohani, karena selama yang dimuliakan bukan Tuhan, maka kita sudah keluar dari tujuan awal yang Tuhan tetapkan. Selidiki hati kita dan terus bertanya, “Apa motivasiku ya?” (CC)

Sumber: jawaban.com

KLIK SHARE TO FACEBOOK UNTUK KAMU BAGIKAN ARTIKEL INI.

Contasia Christie

Penulis Konten
Share :

SUPERBOOK EDISI SEKOLAH MINGGU

Superbook Edisi Sekolah Minggu merupakan kurikulum berbasis visual media persembahan bagi anak-anak di gereja di seluruh Indonesia. Kurikulum ini terdiri dari 45 minggu bahan pelajaran sekolah minggu setiap tahunnya, Permainan interaktif dan topik-topik diskusi yang mengaktifkan anak-anak, dan Catatan Gizmo yang menghubungkan orang tua dengan apa yang dipelajari anak.

Klik untuk bergabung

SUBSCRIBE

Dapatkan berbagai info dan penawaran menarik dari SUPERBOOK

Copyright © 2018. SUPERBOOK