Salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh orang tua yang memiliki anak lebih dari satu orang adalah tidak akurnya anak. Entah yang satu suka mengganggu yang lain, mereka merasa dibandingkan, merasa diperlakukan tidak adil, dan lainnya. Persaingan dan pertengkaran saudara sebenarnya sudah ada sejak zaman permulaan dan itu tercatat di Alkitab.

Kisah Alkitab tentang perselisihan antar saudara

Masih ingatkah Superparents tentang kisah Kain dan Habel (Kejadian 4:1-16), Esau dan Yakub (Kejadian 27), Lea dan Rahel (Kejadian 29-30), berlanjut ke Yusuf dan saudara-saudaranya (Kejadian 37), dan masih banyak lagi.

Baca juga : TIPS MENUMBUHKAN SEMANGAT DAN MOTIVASI BELAJAR ANAK SEDARI DINI

Persaingan antar saudara dapat disebabkan oleh kecemburuan, keegoisan, dan kecenderungan pilih kasih orang tua (baik bersifat nyata atau hanya sekedar perasaan). Persaingan saudara antara Kain dan Habel sepertinya disebabkan oleh kecemburuan Kain karena persembahan Habel diterima (Kejadian 4:3-5). Persaingan saudara di keluarga Gideon disebabkan oleh keinginan egois Abimelekh menjadi raja (Hakim-Hakim 9:1-6). Persaingan saudara di antara putra Yakub juga disebabkan oleh sikap pilih kasih Yakub terhadap Yusuf (Kejadian 37:3-4).

Dalam setiap kasus, setiap persaingan atau perselisihan ini pasti melakukan tindakan dosa. Padahal Allah menginginkan kita hidup harmonis dan saling mengasihi (Mazmur 133:1). Kasih persaudaraan adalah gambaran bagaimana umat Kristen memperlakukan sesamanya (Ibrani 13:1; 1 Petrus 3:8). Memang perselisihan dan pertengkaran pasti ada saja di dalam keluarga. Namun kembali pada orang tua, bagaimana cara mendidik anak agar tetap hidup sesuai dengan nilai-nilai yang Kristus ajarkan.

Apa kata firman Tuhan?

Tugas orang tua adalah mendidik anak supaya menyerupai Kristus, sehingga kita perlu belajar dari Yesus apa yang penting dalam halnya bertindak dan memperlakukan orang lain.

Baca juga : BERLATIH MELONTARKAN KATA POSITIF PADA ANAK AGAR MEREKA MAU MENDENGAR KITA

Yesus mengajar bahwa kedua perintah terpenting adalah mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita (Matius 22:36-40). Kita tahu bahwa sesama kita adalah mereka yang tinggal dekat dengan kita, dan tidak ada yang lebih dekat daripada saudara-saudari kita. Rumah tangga harus menjadi tempat dimana anak belajar saling mengasihi. 'Kasih menutupi segala pelanggaran' (Amsal 10:12), termasuk semua penyebab pertikaian antar saudara.

Penyebab persaingan saudara dapat diatasi melalui kebaikan, sikap menghormati, dan, tentunya, kasih (1 Korintus 13:4-7). Orang tua harus menegaskan supaya anaknya saling memperlakukan dengan baik, dengan hormat, dan dalam kasih — dan orang tua juga harus meneladani sikap yang serupa.

Lalu bagaimana cara mendidik anak agar menjadi saudara yang baik?

1. Mengajarkan mereka untuk mengasihi adik atau kakak sesuai dengan nilai yang Tuhan Yesus ajarkan.

Dalam 1 Yohanes 4:7-8, 'Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.'

Baca juga : BAHAYA! LAHIRNYA GENERASI PENAKUT TERNYATA DIMULAI DARI ORANG TUA 

2. Jadilah teladan dengan menunjukkan kebaikan kita kepada orang lain.

Saat kita memperlakukan orang disekitar kita dengan baik, maka anak akan termotivasi dan meneladani sikap kita. Dalam Lukas 6:31, 'Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.'

Sumber :  Jawaban.com dan gotquestions.org

Contasia Christie

Content Writer

Share :